Sebuah Menara atas Titah Yesus
Menara tertinggi kedua di dunia bakal menjulang di Indonesia. Pembangunan proyek senilai 2,7 trilyun ini katanya di-back up Yesus.
Saat berkunjung ke sini beberapa waktu lalu, tokoh Muslim Swiss Tareq Ramadhan heran, kok bisa-bisanya dia kecopetan di negeri muslim terbesar di dunia ini. Aha, belum tahu dia. Pengalaman itu tak seberapa dibanding pembangunan Menara Doa Jakarta, yang merupakan proyek mercusuar Nasrani di negeri muslim terbesar di dunia.
Disebut proyek mercusuar, lantaran Menara Doa Jakarta (MDJ) sangat am-bisius bin provokatif. Bangunan setinggi 558 meter di Bandar Kemayoran, Jakarta, itu konon bakal menjadi menara tertinggi kedua di dunia setelah Burj Dubai Building di Uni Emirat Arab (705 meter, 140 lantai). Mengalahkan 5 meter men-julangnya Menara CN, yang pernah tercatat sebagai "World's Tallest Free Standing Structure" di Guinness Book of World Records.
MDJ yang digagas sejak tahun 1995, dirintis pembangunannya pada era Presi-den Soeharto. Pengembangnya trio kong-lomerat Sudwikatmono, Prajogo Panges-tu, dan Henry Pribadi, yang berkongsi melalui PT Indocitra Graha Bawana.
Semula, MDJ bernama Menara Jakar-ta, akan dibangun di area Kuningan. Tapi, ditampik Soerjadi Soedirdja, Gubernur DKI Jakarta waktu itu. Bekas Bandar Baru Kemayoran pun dijadikan alternatif.
Peresmian pembangunan dilakukan pada 1997 oleh Gubernur Jakarta Soerjadi Soedirdja dan Mensesneg Moerdiono. Direstui Presiden Soeharto, yang meng-usulkan agar nama Menara Jakarta diganti menjadi Menara Trilogi.
Menara dengan luas areal 306.810 meter persegi dan luas bangunan 40.550 meter persegi ini rencananya akan dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Diantaranya, tempat parkir 144.000 meter persegi, gedung podium setinggi 17 lantai, lift yang mencapai puncak menara, restoran berputar, mall, kafe, taman hiburan, hotel, ruang serba guna/kon-ferensi yang bisa menampung sepuluh ribu pengunjung, ruang perkantoran, pameran, pusat pendidikan dan pelatihan yang tidak kalah penting, pusat multi-media disertai pemancar siaran radio dan televisi.
Ditargetkan, menara berkapasitas 200.000 jemaat, atau dua kali lipat kapasitas tempat duduk lapangan sepak bola Senayan, ini akan dikunjungi 4-6 juta orang tiap tahun.
Proyek diperkirakan menghabiskan dana sekitar 560 juta dollar AS (sekitar 1,2 trilyun), namun kini membengkak men-jadi 2,7 trilyun.
Menurut direktur PT Prasada Japa Pamudja, Ferry Sangeroki, pendanaan didukung "lebih dari seratus perusahaan dan individu". Ia mengatakan bahwa proyek tersebut dibiayai melalui tiga jalur: partisipasi modal (Rp 400 miliar), pinjaman sindikasi (Rp 600-800 miliar), dan penjualan pra-proyek (sekitar Rp 1,3 T).
Menurut Presiden Komisaris PT Pra-sada Jasa Pamudja yang juga Ketua Umum Sinode Gereja Bethany Indonesia, Pendeta Abraham Alex Tanuseputra, dana segede itu lantaran restu Yesus.
“Yang back up adalah Tuhan Yesus, sebab ini proyeknya Tuhan Yesus…Saya sadar, Tuhan Yesus punya cara sendiri, ada 1001 jalan yang Dia bisa buat untuk back up pendanaan proyek ini,” ujarnya, seperti dikutip sebuah harian edisi 13 Juli 2008.
Menurut Pendeta Alex yang juga pen-diri Gereja Bethany "Successful Families", menara yang fondasinya sudah rampung tersebut akan berdiri tegak, setegak imannya kepada Tuhan.
Dalam Warta Plus Bethany, Pendeta Alex menjelaskan perubahan nama pem-bangunan proyek yang awalnya disebut Menara Jakarta menjadi Menara Doa Jakarta (MDJ) atau Jakarta Revival Center.
“Karena itu visi yang Tuhan Yesus berikan untuk proyek ini. Dulu Namanya Menara Jakarta. Sekarang tinggal ditam-bah Doa, sebab memang visinya doa bagi bangsa. Doa untuk menyongsong Indo-nesia Baru,” papar Sang Pendeta.
MDJ ditentang, bahkan oleh ''orang dalam''. Pasalnya, ia sangat mencolok di tengah kesenjangan sosial dan ekonomi yang dalam. Theo Syafei, mantan Pang-dam Udayana, mengatakan, "Lebih baik dana sebesar itu digunakan untuk pem-bangunan kawasan Timur Indonesia." The Jakarta Post menyebutnya sebagai "Tower of Indifference" (menara ketidak-pedulian). Dan sejumlah anggota DPR menyebutnya proyek "mercusuar", me-ngacu pada ambisi pembangunan Bung Karno yang ''biar tekor asal sohor''.
Toh, Sudwikatmono membantah se-butan itu. Alasannya, tidak seperti Monas yang dibangun pemerintah, Menara Trilogi alias MDJ murni bikinan swasta.
Kontroversi berikutnya adalah provo-kasi terang-terangan bahwa proyek MDJ merupakan upaya kristenisasi di Indo-nesia. Abraham Alex Tanuseputra telah sukses mengembangkan gereja Bethany di Indonesia hingga manca negara. Dari 7 orang jemaat saja di Cinere, Depok, kini mencapai 1000 gereja dengan 70 ribu pengikut. Terakhir, tahun 2000, dia mendirikan Graha Bethany di Surabaya, gereja besar yang tegak di atas tanah 8 hektar dengan kapasitas 20 ribu jemaat di kawasan Nginden Intan.
Langkah Alex diikuti James T Riady, bos Lippo Karawaci. Riady berterus terang ingin membangun sekolah Kristen seperti di Lippo Karawaci di 1000 desa miskin di Indonesia. Itu, katanya, untuk mengangkat standar moral dan spiritual bangsa Indonesia. Pengakuan James ini dilansir situs Fortune.com edisi 23 Juli 2001.
Mengingat kontroversi tersebut, ang-gota Komisi Kerukunan Antar Umat Beragama MUI, DR Adian Husaini, mengimbau agar lembaga-lembaga resmi Kristen/Katolik, mengambil tindakan terhadap manuver-manuver berlebihan kalangan Kristen yang sangat tidak kondusif untuk membangun kerukunan umat beragama di Indonesia.
Masalahnya, kalangan Nasrani sampai kini tak sudi diatur dengan SKB No 01/1969 tentang Tata Cara Pendirian Rumah Ibadah, maupun SK Menteri Agama No 70/1978 tentang Pedoman Penyiaran Agama.
Pendeta JE Sahetapy, misalnya, per-nah menulis begini: "… sejak 1969 umat Kristiani telah diviktimisasi, antara lain, melalui SKB Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 1/1969, dan yang kemudian dilanjutkan dengan berbagai surat instruksi dan surat radiogram, yang pada intinya, bagaimana mendiskre-ditkan dan memojokkan kehidupan beragama/bergereja umat Kristiani."
Diatur secara halus dan legal tidak mau. Tagi giliran digeruduk masyarakat seperti pada kasus SETIA Kampung Pulo, mereka teriak-teriak minta perlindungan hukum. [aya hasna/www.suara-islam.com]
Link ke: http://tegakluruskelangit.blogspot.com/2008/09/ar-rayah.html
Menara tertinggi kedua di dunia bakal menjulang di Indonesia. Pembangunan proyek senilai 2,7 trilyun ini katanya di-back up Yesus.
Saat berkunjung ke sini beberapa waktu lalu, tokoh Muslim Swiss Tareq Ramadhan heran, kok bisa-bisanya dia kecopetan di negeri muslim terbesar di dunia ini. Aha, belum tahu dia. Pengalaman itu tak seberapa dibanding pembangunan Menara Doa Jakarta, yang merupakan proyek mercusuar Nasrani di negeri muslim terbesar di dunia.
Disebut proyek mercusuar, lantaran Menara Doa Jakarta (MDJ) sangat am-bisius bin provokatif. Bangunan setinggi 558 meter di Bandar Kemayoran, Jakarta, itu konon bakal menjadi menara tertinggi kedua di dunia setelah Burj Dubai Building di Uni Emirat Arab (705 meter, 140 lantai). Mengalahkan 5 meter men-julangnya Menara CN, yang pernah tercatat sebagai "World's Tallest Free Standing Structure" di Guinness Book of World Records.
MDJ yang digagas sejak tahun 1995, dirintis pembangunannya pada era Presi-den Soeharto. Pengembangnya trio kong-lomerat Sudwikatmono, Prajogo Panges-tu, dan Henry Pribadi, yang berkongsi melalui PT Indocitra Graha Bawana.
Semula, MDJ bernama Menara Jakar-ta, akan dibangun di area Kuningan. Tapi, ditampik Soerjadi Soedirdja, Gubernur DKI Jakarta waktu itu. Bekas Bandar Baru Kemayoran pun dijadikan alternatif.
Peresmian pembangunan dilakukan pada 1997 oleh Gubernur Jakarta Soerjadi Soedirdja dan Mensesneg Moerdiono. Direstui Presiden Soeharto, yang meng-usulkan agar nama Menara Jakarta diganti menjadi Menara Trilogi.
Menara dengan luas areal 306.810 meter persegi dan luas bangunan 40.550 meter persegi ini rencananya akan dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Diantaranya, tempat parkir 144.000 meter persegi, gedung podium setinggi 17 lantai, lift yang mencapai puncak menara, restoran berputar, mall, kafe, taman hiburan, hotel, ruang serba guna/kon-ferensi yang bisa menampung sepuluh ribu pengunjung, ruang perkantoran, pameran, pusat pendidikan dan pelatihan yang tidak kalah penting, pusat multi-media disertai pemancar siaran radio dan televisi.
Ditargetkan, menara berkapasitas 200.000 jemaat, atau dua kali lipat kapasitas tempat duduk lapangan sepak bola Senayan, ini akan dikunjungi 4-6 juta orang tiap tahun.
Proyek diperkirakan menghabiskan dana sekitar 560 juta dollar AS (sekitar 1,2 trilyun), namun kini membengkak men-jadi 2,7 trilyun.
Menurut direktur PT Prasada Japa Pamudja, Ferry Sangeroki, pendanaan didukung "lebih dari seratus perusahaan dan individu". Ia mengatakan bahwa proyek tersebut dibiayai melalui tiga jalur: partisipasi modal (Rp 400 miliar), pinjaman sindikasi (Rp 600-800 miliar), dan penjualan pra-proyek (sekitar Rp 1,3 T).
Menurut Presiden Komisaris PT Pra-sada Jasa Pamudja yang juga Ketua Umum Sinode Gereja Bethany Indonesia, Pendeta Abraham Alex Tanuseputra, dana segede itu lantaran restu Yesus.
“Yang back up adalah Tuhan Yesus, sebab ini proyeknya Tuhan Yesus…Saya sadar, Tuhan Yesus punya cara sendiri, ada 1001 jalan yang Dia bisa buat untuk back up pendanaan proyek ini,” ujarnya, seperti dikutip sebuah harian edisi 13 Juli 2008.
Menurut Pendeta Alex yang juga pen-diri Gereja Bethany "Successful Families", menara yang fondasinya sudah rampung tersebut akan berdiri tegak, setegak imannya kepada Tuhan.
Dalam Warta Plus Bethany, Pendeta Alex menjelaskan perubahan nama pem-bangunan proyek yang awalnya disebut Menara Jakarta menjadi Menara Doa Jakarta (MDJ) atau Jakarta Revival Center.
“Karena itu visi yang Tuhan Yesus berikan untuk proyek ini. Dulu Namanya Menara Jakarta. Sekarang tinggal ditam-bah Doa, sebab memang visinya doa bagi bangsa. Doa untuk menyongsong Indo-nesia Baru,” papar Sang Pendeta.
MDJ ditentang, bahkan oleh ''orang dalam''. Pasalnya, ia sangat mencolok di tengah kesenjangan sosial dan ekonomi yang dalam. Theo Syafei, mantan Pang-dam Udayana, mengatakan, "Lebih baik dana sebesar itu digunakan untuk pem-bangunan kawasan Timur Indonesia." The Jakarta Post menyebutnya sebagai "Tower of Indifference" (menara ketidak-pedulian). Dan sejumlah anggota DPR menyebutnya proyek "mercusuar", me-ngacu pada ambisi pembangunan Bung Karno yang ''biar tekor asal sohor''.
Toh, Sudwikatmono membantah se-butan itu. Alasannya, tidak seperti Monas yang dibangun pemerintah, Menara Trilogi alias MDJ murni bikinan swasta.
Kontroversi berikutnya adalah provo-kasi terang-terangan bahwa proyek MDJ merupakan upaya kristenisasi di Indo-nesia. Abraham Alex Tanuseputra telah sukses mengembangkan gereja Bethany di Indonesia hingga manca negara. Dari 7 orang jemaat saja di Cinere, Depok, kini mencapai 1000 gereja dengan 70 ribu pengikut. Terakhir, tahun 2000, dia mendirikan Graha Bethany di Surabaya, gereja besar yang tegak di atas tanah 8 hektar dengan kapasitas 20 ribu jemaat di kawasan Nginden Intan.
Langkah Alex diikuti James T Riady, bos Lippo Karawaci. Riady berterus terang ingin membangun sekolah Kristen seperti di Lippo Karawaci di 1000 desa miskin di Indonesia. Itu, katanya, untuk mengangkat standar moral dan spiritual bangsa Indonesia. Pengakuan James ini dilansir situs Fortune.com edisi 23 Juli 2001.
Mengingat kontroversi tersebut, ang-gota Komisi Kerukunan Antar Umat Beragama MUI, DR Adian Husaini, mengimbau agar lembaga-lembaga resmi Kristen/Katolik, mengambil tindakan terhadap manuver-manuver berlebihan kalangan Kristen yang sangat tidak kondusif untuk membangun kerukunan umat beragama di Indonesia.
Masalahnya, kalangan Nasrani sampai kini tak sudi diatur dengan SKB No 01/1969 tentang Tata Cara Pendirian Rumah Ibadah, maupun SK Menteri Agama No 70/1978 tentang Pedoman Penyiaran Agama.
Pendeta JE Sahetapy, misalnya, per-nah menulis begini: "… sejak 1969 umat Kristiani telah diviktimisasi, antara lain, melalui SKB Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 1/1969, dan yang kemudian dilanjutkan dengan berbagai surat instruksi dan surat radiogram, yang pada intinya, bagaimana mendiskre-ditkan dan memojokkan kehidupan beragama/bergereja umat Kristiani."
Diatur secara halus dan legal tidak mau. Tagi giliran digeruduk masyarakat seperti pada kasus SETIA Kampung Pulo, mereka teriak-teriak minta perlindungan hukum. [aya hasna/www.suara-islam.com]
Link ke: http://tegakluruskelangit.blogspot.com/2008/09/ar-rayah.html
Posting Komentar