Senin, 01 Desember 2008

TEORI KONSPIRASI “Jika kita tidak mengenal racun maka bersiaplah akan keracunan...!?”


Tentang istilah teori konspirasi ataupun konspirasi an-sich: kuncen blog ini pernah mengalami suatu hal yang pahit karena di tendang dari suatu forum diskusi tentang jihad maupun aktivitas dari para mujahidin, hanya gara-gara mengggunakan istilah tersebut, yang mana kuncen blog mengingatkan “awas” tentang adanya suatu konpirasi.


Entah mengapa akhir-akhir ini ”konspirasi” kata yang satu ini begitu akrab ditelinga, bahkan sampai berpendar-pendar di otak begitu memusingkan. Seakan sebuah kata sakti yang selalu menelusup ke semua peristiwa. Semua orang juga sudah dengan begitu fasihnya melafalkan dan tanpa sungkan-sungkan menggunakannya dalam setiap perbincangan, baik pada diskusi maha hebat di hotel berbintang, ataupun obrolan ringan bermodal kopi di warung-warung pinggir jalan.


Karena sudah penasaran ingin mengetahui arti sebenarnya tanpa harus menebak-nebak dalam setiap kalimat yang berbeda, akhirnya Kamus John M. Echols & Hassan Shadily langsung menjadi acuan, dan ternyata kata ini sudah terdefinisi lebih membumi yaitu kong kalikong atau persekongkolan, jadi kata ini sebenarnya bisa digunakan untuk memperoleh efek negatif maupun positif. Tapi seiring waktu kata konspirasi lebih menjurus ke efek negatif.


Juga kuncen dianggap telalu berfikir dalam paradigma intelegen” oleh admin suatu situs jihad hanya karena juga mengingatkan supaya kita semua jangan terjebak dalam konspirasi ketika kuncen mengomentari tentang peledakan bom atau konflik di mumbai india.


Dengan kita tidak mau mempelajari atau mengerti dengan teori konspirasi..maka kita sendiri sudah terjebak dalam konspirasi global supaya kita tetap berfikir naif yang akibatnya juga akan bertindak naif.


Coba perhatikan kutipan-kutipan ini dari seorang antek liberalis : “Goenawan Mohamad (Tahun 2006, dia mendapat penghargaan Dan David Prize di Tel Aviv Israel) menyebut teori konspirasi sebagai “teori orang malas”. Saya tidak bisa tidak bersetuju. Bahkan menurut hemat saya, bukan sekedar itu. Teori konspirasi, bukan alat penjelasan orang-orang yang malas, tetapi juga “teori para pecundang”. Seorang pecundang membiasakan telunjuknya mengarah ke luar dirinya, seolah mengharamkan introspeksi. Seorang pemenang, sebaliknya, senantiasa ikhlas melihat pertama-tama ke dalam dirinya. Introspeksi”.

Kalau kita cermati secara cerdas, berarti Goenawan Mohammad menyuruh kita untuk tetap berfikir dungu dan tidak boleh melakukan analisa suatu sebab dan akibat.


Saat kita menyadari pentingnya introspeksi diri, tidak berarti harus membuang teori konspirasi, atau menuduh teori itu sebagai buang-buang waktu, atau sejenis “kerjaan orang bodoh”. Tidak sama sekali. Pemahaman terhadap teori konspirasi tetap dibutuhkan oleh Ummat ini, bahkan sangat penting. Tidak mungkin sukses perjuangan suatu kaum, jika mereka buta terhadap konspirasi musuh-musuhnya. Rasulullah Saw. memerintahkan sebagian Sahabat melakukan kegiatan mata-mata atau pengintaian, karena ingin mengetahui konspirasi-konspirasi musuhnya? Sampai beliau mengatakan, “Al harbu khud’ah” (perang itu adalah tipu daya).


Sebenarnya, ajaran Islam sangat memperhatikan posisi teori konspirasi –jika boleh disebut demikian-. Bahkan tema konspirasi (makar) sangat kuat dalam ajaran dan sejarah Islam. Minimal, kita diingatkan bahwa iblis dan bala tentaranya tidak kenal lelah melakukan konspirasi untuk menjerumuskan manusia ke dalam kesesatan. Begitu pula, orang-orang kafir selalu berkonspirasi untuk memurtadkan kaum Muslimin. Dalam Al Qur’an, “Mereka tidak henti-hentinya memerangi kalian, sampai mereka berhasil membuat kalian murtad dari agama kalian, seandainya mereka mampu (melakukan hal itu).” (Al Baqarah: 217).


Konspirasi dalam Al Qur’an disebut dengan istilah al makar atau al kaidu. Ayat-ayat tentang hal ini sangat banyak. Di antaranya yang sangat populer ialah: “Mereka membuat makar, dan Allah pun membuat makar. Sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik pembuat makar (balasan).” (Ali Imran: 54). Dan ada pula ayat berikut: “Dan sungguh mereka telah membuat makar (yang besar), padahal di sisi Allah (balasan) makar mereka itu. Dan sungguh makar mereka itu dapat melenyapkan gunung (karena saking kejinya).” (Ibrahim: 46).

Dalam kisah para Nabi dan Rasul banyak disebutkan tentang makar-makar. Rata-rata musuh para Rasul membuat makar untuk menentang Kenabian. Minimal makar dengan kampanye menjelek-jelekkan dakwah Rasul. Saudara-saudara Yusuf As pernah membuat makar dengan memasukkan Yusuf ke dalam sumur, lalu mereka mengarang cerita dusta tentang “Yusuf dimakan srigala”. Fir’aun juga membuat makar untuk menghalangi dakwah Musa As. Samiri membuat makar “anak sapi” untuk menyesatkan Bani Israil. Romawi membuat makar untuk memberantas dakwah Zakariya, Yahya, dan Isa As. Adapun makar di jaman Nabi shallallah ‘alaihi wa sallam banyak sekali. Makar itu terutama dari kalangan musyrikin Makkah, Yahudi Madinah, dan kaum munafik Madinah.


Nabi shallallah ‘alaihi wa sallam berkali-kali hendak dibunuh. Pertemuan di Darun Nadwah Makkah merekomendasikan agar Nabi dibunuh secara bersama-sama oleh pemuda musyrikin. Sewaktu Nabi menempuh hijrah ke Madinah, beliau disayembarakan untuk dibunuh. Ketika di Madinah, Nabi hendak dibunuh oleh orang Yahudi dengan rencana dilempar penggilingan gandum dari atap rumah. Beliau pernah diracun oleh seorang wanita Yahudi melalui daging yang dihadiahkan kepadanya. Beliau juga pernah disihir oleh dukun Yahudi. Kaum Muslimin mengalami makar berkali-kali dari Abdullah bin Ubay dan kawan-kawan. Begitu pula Yahudi membuat makar besar dengan menjadi sponsor utama pasukan al ahzab (semacam Sekutu multi nasional).


Islam menceritakan banyak fakta-fakta tentang makar. Khalifah Abu Bakar Ra. diganggu oleh Nabi palsu dan kaum murtadin (menolak membayar zakat). Khalifah Umar Ra. terbunuh karena konspirasi, begitu pula Khalifah Utsman Ra. dan Khalifah Ali Ra. Munculnya Khawarij dan Syi’ah juga bagian dari proses makar (konspirasi). Begitu pula Perang Salib melawan pasukan Nashrani Eropa, kehancuran Andalusia di Spanyol, penjajahan bangsa Eropa di Dunia Islam (Asia-Afrika), hancurnya Khilafah Islamiyyah Utsmaniyyah, munculnya negara-negara atas dasar nasionalisme, serta berdirinya Israel di Palestina, semua itu berbicara lugas tentang fakta besar: M A K A R !!!

Hingga pernah diceritakan, ketika Israel berhasil merebut Palestina, salah satu perwira pendukung Israel datang ke makam Shalahuddin Al Ayyubi rahimahullah. Disana dia mengejek Shalahuddin. Dia mengatakan, bahwa kemenangan Israel itu merupakan pembalasan atas kekalahan Barat dalam perang Salib. Jangan jauh-jauh, George Bush saja ketika menyerukan war against terrorism, dia mengklaim bahwa perangnya merupakan kelanjutan dari Crusade.


Jadi adalah sangat lucu kalau kita mengabaikan fakta konspirasi. Secara tekstual, ajaran Islam berbicara tentang hal itu. Dalam sejarah para Rasul As, sejarah Nabi Saw. dan Khulafaur Rasyidin radhiyallahu ‘anhum hal itu nyata terjadi. Begitu pula dalam sejarah Islam sejak awal sampai Turki Utsmani, bahkan sampai hari ini, makar terus diproduksi untuk merobohkan Islam.


Entah kita akan disebut Ummat sedungu apa, kalau mengingkari fakta konspirasi ini? Dan entah bagaimana lagi hendak menjelaskan, jika dalil-dalil segunung itu ditolak dengan alasan “teori orang malas”, bahkan “teori para pecundang”? Jangan-jangan orang yang mengatakannya sudah tidak beriman lagi? Na’udzubillah min dzalik.


Kalau kita tidak percaya dengan teori konspirasi, berarti kecerdasan kita sangat memprihatinkan. Kita tidak pernah berpikir secara logis, tetapi selalu mempercayai bahwa segala sesuatu terjadi secara kebetulan. Ini sangat mengerikan!


Bukan Pemikiran Pecundang

Goenawan Mohamad mengklaim bahwa teori konspirasi adalah “teori orang malas”. Eep Saefulloh Fatah menambahkan lebih tajam, “teori para pecundang”. Ungkapan-ungkapan seperti ini menurut saya justru keliru. Orang-orang yang mempercayai teori konspirasi adalah mereka yang memiliki intelijensi lebih tinggi. Mereka tidak menerima begitu saja setiap informasi yang dipublikasikan. Mereka memikirkan kemungkinan terbalik dari apa yang tampak di permukaan.


Biasanya, kaum liberalis sebagai musuh-musush Islam selalu menolak dengan sinis teori konspirasi jika itu diajukan oleh kalangan Muslim. Konspirasi Israel-Neo-Con dibalik serangan 9/11, ditolak. Konspirasi RMS-Kristen Internasional-kekuatan-kekuata n Barat di balik kerusuhan Ambon-Poso, ditolak juga. Konspirasi IMF-Multinational Corporations-Barat Anti-Islam di balik kejatuhan Soeharto, ditolak. Konspirasi Kristenisasi Internasional-Bisnis Konglomerat-CSIS di balik gerakan pemurtadan umat Islam Indonesia, ditolak.


dunia intelijen, teori konspirasi menjadi madzhab utama. Anggota intelijen dibiasakan memikirkan segala sesuatu secara terbalik. Semua itu membutuhkan kekuatan berpikir yang tinggi. Tidak berlebihan jika dinas tersebut disebut intelligence; kumpulan orang-orang pintar.


Dalam skala internasional misalnya, pelaku terorisme selalu dialamatkan kepada gerakan Islam. Buktinya lebih dari 90 persen daftar Foreign Terorist Organization (FTO) adalah individu dan kelompok Muslim


Dari sisi lain, di dunia sangat banyak gerakan-gerakan politik yang bekerja secara konspiratif (gerakan bawah tanah). Hampir di setiap negara ada gerakan seperti itu, termasuk di Indonesia. Di antara mereka benar-benar murni gerakan bawah tanah, tidak pernah mengekspose diri ke permukaan. Contoh gerakan-gerakan yang bekerja secara rahasia: Macan Tamil Elam di Srilangka, MILF di Filipina, ANC di Afrika Selatan (dulu), IRA di Irlandia, Basque di Spanyol, Quebec di Kanada, Jihad Islam di Palestina, Al Qa’idah di Irak, Hizbullah di Libanon, dll. Semua pengamat mengerti tentang realitas ini. Bahkan mencermati perkembangan politik tanpa memikirkan elemen-elemen seperti itu adalah nonsense. Kalangan Yahudi termasuk yang memiliki gerakan-gerakan under ground sangat militan. Termasuk organisasi mantel Yahudi seperti Freemasonry, Illuminati, Ksatria Templar, Rotary Club, Lions Club, dll. Begitu juga dalam bidang kriminalitas ada Mafia Sicilia, Mafia Rusia, Mafia China (Triad), Mafia Kolumbia, dll. Mereka bekerja saat orang lain tertidur, dan mereka tidur saat orang lain bekerja. Begitulah logikanya.



Dalam konpirasi global sekarang: Muslimin-lah yang menjadi pihak tertuduh. Hal ini disebabkan kesalahpahaman orang karena menilai Islam dari sepak terjang penganutnya. Padahal sejatinya Islam adalah agama yang penuh dengan kasih sayang dan antikekerasan.



Mencuatnya isu terorisme tidak bisa hanya dipandang dalam konteks keindonesiaan semata. Karena isu terorisme yang dimotori oleh Amerika Serikat (AS) pasca runtuhnya gedung kembar WTC, adalah propaganda skala internasional yang sejatinya ditujukan untuk memberangus gerakan Islam khususnya gerakan Islam yang dianggap oleh AS akan mengancam eksistensi dirinya.


Jika ditelaah secara kritis ada grand strategy (konspirasi besar) yang sengaja disusun dengan rapi di balik isu terorisme ini. Tujuan utamanya adalah mencitraburukkan Islam sebagai agama barbarian yang tidak manusiawi serta mengajarkan kekerasan kepada umatnya.

Hasil akhir yang diharapkan adalah munculnya sentimen negarif dunia internasional kepada Islam dan yang lebih membahayakan lagi adalah memunculkan Islamphobia (rasa takut kepada Islam) di kalangan kaum Muslimin. Bisa dibayangkan kehancuran yang akan terjadi jika umat Islam sudah menunjukkan sikap antipati dan takut kepada agamanya sendiri.


Dalam politik juga begitu. Teori konspirasi banyak dipakai untuk membuat analisis politik. Medan politik adalah medan perang kepentingan; namun perang ini tidak memakai senjata dan amunisi. Ia adalah perang manuver-manuver politik untuk memperoleh akses politik sebesar-besarnya. Siapapun yang membuat manuver politik hanya berdasarkan kenyataan-kenyataan terbuka yang tampak di atas permukaan, dia akan gagal. Politik yang bekerja sesuai opini umum adalah politik orang awam, bukan politik cerdas yang efektif.



Namun kaum Muslimin jangan larut dalam rekayasa yang ingin mengaburkan makna jihad. Karena tidak kurang dari 24 kata jihad yang digunakan dalam Quran yang semuanya mengindikasikan bahwa jihad adalah aktifitas perang di jalan Allah, dengan tujuan untuk melawan semua bentuk kezaliman yang menyengsarakan manusia (baik muslim maupun non Muslim), meninggikan kalimat Allah, dan menyelamatkan dunia.


Singkat kata, teori konspirasi bukan “teori orang malas” atau “teori para pecundang”. Ia adalah teori yang menunjukkan level berpikir lebih tinggi dari standar orang biasa. Orang malas tidak akan sampai ke pemahaman teori konspirasi, apalagi para pecundang. Ungkapan Eep Saefulloh Fatah di atas adalah salah secara komprehensif. Ia lebih tampak seperti retorika tanpa arti.


Metode Sederhana

Secara umum, hakikat konspirasi itu nyata. Dengan berbagai cara Allah Ta’ala mengingatkan kita tentang bahaya konspirasi. “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh kalian, maka jadikan ia musuh kalian. Sesungguhnya syaitan itu menyeru bala tentaranya untuk menjadi penghuni neraka sa’ir.” (Faathir: 6). Menolak konspirasi akan membawa kita mengkufuri ajaran Islam. (Meskipun tentu saja, ajaran Islam tidak hanya bicara soal konspirasi)


Dalam menyikapi sesama Muslim, kita tidak boleh memakai kerangka teori konspirasi. Ia hanya digunakan untuk menyikapi berbagai golongan anti Islam, apapun bentuk dan eksistensinya. Terhadap sesama Muslim yang dikenal baik komitmen kepada agamanya, berlaku prinsip husnuzhan (baik sangka).


Kepada non Muslim, sekularis, kalangan anti Islam, aliran sesat, dan orang-orang yang sudah terkenal kejahatannya, sudah sewajarnya kita su’uzhan. Su’uzhan dalam kondisi seperti itu tidak merugikan. Jika kita benar, maka kita terselamatkan dari bahaya mereka; jika kita salah, setidaknya sudah melakukan ikhtiar kewaspadaan. Seorang Muslim wajib waspada kepada semua elemen-elemen musuhnya.


Bagaimana kalau ada yang menyebut usaha kewaspadaan sebagai perbuatan “orang malas” atau “para pecundang”? Jawabnya sederhana: Orang yang mengatakan itu tidak mengerti ajaran Islam! Bahkan dia termasuk manusia polos yang percaya begitu saja setiap informasi yang bertebaran di masyarakat. Dan yang lebih memprihatinkan, logika berpikirnya tidak berjalan lancar. Betapa banyak kenyataan-kenyataan besar yang tak mampu dicarikan jawabannya melalui opini umum. Apakah semua itu terjadi karena kebetulan? (Jawaban Anda atas pertanyaan ini akan mencerminkan posisi keilmuwan dan wawasan Anda!).


Agar kita selalu mendapat petunjuk Allah Ta’ala dalam menyikapi berbagai realitas, hendaknya selalu taat kepada-Nya. “Wahai orang-orang beriman, jika kalian bertakwa kepada Allah, maka Dia akan mengadakan bagimu furqan (pembeda antara al haq dan al bathil).” (Al Anfaal: 29).


Sebagai catatan terakhir, pemimpin Ikhwanul Muslimin di Mesir, Syaikh Hasan Al Banna rahimahullah, beliau menjadikan materi ghazwul fikri (perang pemikiran) sebagai salah satu materi penting tarbiyah dakwahnya. Sebagaimana namanya, ghazwul fikri berarti kancah perang pemikiran. Sampai ada satu hikmah besar: “Bahwa kenyataan hidup yang dihadapi Ummat Islam kerap kali mengikuti jadwal konspirasi yang diterapkan atas mereka.


Apabila Barat merasa takut akan kebangkitan Islam, maka sudah seharusnya kita perlu mewaspadai konspirasi Barat dalam menghantam lajunya kebangkitan Islam yang sudah mulai tampak gejalanya diberbagai penjuru dunia. Sebagai orang Islam kita harus jeli dalam memandang masalah, termasuk bantuan-bantuan dari pihak asing. Kita pun harus memperjuangkan tegaknya Islam melalui hukum-hukum-Nya dengan sekuat tenaga menjaganya dan dalam hal ini selalu kita ingat akan janji Allah yang pasti akan memenangkan kaum muslimin walaupun musuh-musuh Islam sekuat tenaga mengalahkannya. Semoga kemenangan itu akan bisa kita lihat dalam waktu yang tak lama.


Akankah konspirasi menjadi musuh bersama kita yang akan kita perangi bersama-sama pula, ataukah tetap ada sebagian diantara kita tidak cukup dewasa untuk melepaskan kenikmatan dan kejayaan yang dijanjikannya, sepeti yang sekarang dinikmati oleh para liberalis sekuler...!!!

Dikumpulkan dari beberapa referensi.....

Ya Allah Sasikanlah....

Posting Komentar