Sabtu, 29 November 2008

TRIBUTE TO MY IDEOLOG : SAYYID QUTB...!!!



Kementerian Pendidikan Arab Saudi baru-baru ini memerintahkan untuk menarik dua buku Sayyid Qutb dari perpustakaan-perpustakaan sekolah di Saudi, karena dinilai berisi ide-ide ektrimis dan bisa menyesatkan para siswa-siswi yang membacanya,……( itu menurut KSA…?) ....Semoga Allah memberikan tempat yang mulia di sisi-Nya....Amin.


Sebelumnya pernah: Mantan Kepala Badan Intelijen Nasional (BIN) Abdullah Makhmud Hendropriyono dalam wawancaranya khususnya dengan LKBN ANTARA mengimbau agar pemerintah turun tangan dalam menentukan kurikulum pesantren, termasuk pelarangan pengajaran tentang teori dan pemikiran Sayyid Qutb. Mantan Pangdam Jaya itu juga meminta pihak pemerintah menghentikan kegiatan organisasi-organisasi Islam yang disebutnya ‘radikal’.


Memang ada perdebatan tentang metode berpikir Sayyid Qutb dalam tulisan-tulisannya yang tegas menyatakan kejahiliyahan masyarakat modern terkait keharusan hakimiyah (penghakiman) yang tidak merujuk kepada Allah swt. Tapi bagaimanapun, peri hidup Sayyid Qutb tetaplah penting diulas sebagai bagian dari perjalanan seorang yang rela mengorbankan dirinya untuk membela tauhid yang diyakini kebenarannya.


Sepintas Kehidupan Sayyid Qutb Sayyid Quthb gugur di tiang gantungan pada tanggal 20 Agustus 1966. Ia dikenal sebagai tokoh yang totalitas berjuang untuk agamanya, menyerahkan seluruh hidupnya untuk Allah, seorang mukmin yang begitu kuat keyakinannya. Ia persembahkan nyawanya yang ‘murah’ kepada keyakinan dan akidahnya. Ia lewati bertahun tahun usia terakhirnya di penjara. Ia tuangkan jiwa dan pikirannya yang luar biasa dalam lembar-lembar tulisan tangannya dengan untaian kata yang penuh makna dan bernilai sastra. Hampir semua orang yang membacanya, bisa merasakan getar ruhani dan pikirannya dari bunyi tulisan penanya yang tercantum hebat dalam karya-karya tulisnya.


Sayyid Quthb berkata: Berapa banyaknya umat yang selalu menilai dari sisi kesulitan dan pengorbanan yang harus dikeluarkan ketimbang sebuah cita-cita yang mulia, karena mayoritas manusia lebih terkesan kepada panjangnya jalan yang harus ditempuh, sehingga mereka tertinggal dari barisan para Mujahid RABBani, karena mereka lebih senang dengan uang receh dan hasil yang juga remeh, demikianlah yang terjadi pada setiap zaman dan tempat, kesenangan sesaat dan keberhasilan jangka pendek merupakan ujian yang senantiasa berulang bagi manusia, sehingga mereka meninggalkan hasil yang mahal dan tujuan yang tinggi, ketahuilah olehmu bahwa uang receh yang engkau punyai itu kelak takkan mampu bisa membeli Syurga Allah yang mahal..!!!.

Orang yang beriman pada Allah, meyakini Hari Pembalasan maka takkan mau ia meninggalkan kewajiban jihad, bahkan mereka akan bersegera menyambutnya baik dalam keadaan berat maupun ringan demi ketaatan mereka pada Allah, keyakinan mereka untuk berjumpa dengan-Nya, kepercayaan mereka akan balasan-Nya serta keinginan mereka untuk mendapatkan ridha-Nya.

Adapun orang munafik, karena kecilnya keyakinan mereka, lemahnya keimanan mereka, kuatnya godaan dunia pada mereka, maka mereka akan melihat izin untuk tidak ikut berjihad sebagai sebuah peluang dan jihad di jalan Allah dianggap sebagai sebuah beban, yang mereka ingin lari daripadanya. Maka ingatlah..! Sesungguhnya jalan menuju Allah itu terang-benderang (wadhihah) dan lurus (mustaqimah), maka barangsiapa yang ragu-ragu serta berlambat-lambat, maka saksikanlah oleh kalian bahwa mereka sama-sekali belum mengetahui jalan itu.


Pemahaman beliau terhadap Al-Qur’an yang mendalam dan pengamalan isinya serta penyebaran nilai-nilai yang terkandung di dalamnya secara konsisten menyebabakan beliau menghadapi berbagai ujian, khususnya dari penguasa atau pihak-pihak yang menginginkan Al-Qur’an jauh dari kepala, hati, perasaan dan prilaku umat ini. Itulah yang dihadapi Sayyid Qutb, penulis tafsir Fi Zhilalil Qur’an yang merelakan hidupnya diakhiri di tiang gantung rezim Jamal Abdul Naser demi mempertahankan isi dan kemuliaan Al-Qur’an.


Pikiran Sayyid Qutb adalah pikiran dan kegelisahan yang dirasakan oleh intelektual-intelektual Islam penentang kezaliman. yang gelisah melihat rakyatnya ditindas dan dizalimi penguasa setempat, yang takut pada antek-antek kolonial asing.

Ya Allah saksikanlah.





Posting Komentar