HB. Rizieq Syihab: "DEMI ALLAH, SAYA LEBIH SUKA DIPENJARA ATAU DIBUNUH DARI PADA MEMBUBARKAN FPI. APAPUN YANG TERJADI TUNTUTAN SAYA SATU: BUBARKAN AHMADIYAH...!!!
Kemarin pagi Habib Rizieq kembali dibawa polisi. Bersama puluhan anak buahnya, pemimpin organisasi
Bukan sekali ini saja Sang Habib ‘berjalan beriringan’ dengan polisi. Bahkan dinginnya lantai penjara pun pernah dirasakannya. Dalam suatu pertemuan pribadi beberapa tahun lalu, Sang Habib berkata, “Jalan Nabi adalah jalan penuh onak dan duri. Jalan yang sunyi dan jalan yang kerap dipenuhi fitnah. Inilah dakwah Islam yang lurus, jalan para mujahid yang telah menjual nyawa dan kehidupannya semata untuk meninggikan kalimat Allah. Tidak semua orang mampu menelusuri jalan ini. Hanya orang-orang yang berani, punya nyali, dan mungkin sedikit nekat, yang mau menyusuri jalan yang tidak populer seperti ini.”
Saya mengangguk, terus memperhatikan uraiannya. Sang Habib mempersilakan saya minum teh hangat dari cangkir kuningan kecil. Setelah minum, kedua mata saya mengedarkan pandangan ke seluruh bagian rumah Habib yang juga dijadikan “markas besar” organisasi yang dipimpinnya.
Markas besar pakai tanda kutip. Soalnya markas besar yang ada di sekeliling saya—jujur saja—tidak layak disebut sebagai markas besar. Selain rumah Habib yang sangat-sangat sederhana, di sebelah kirinya berdiri sebuah ruangan kecil sebagai tempat perpustakaan dan barang-barang dagangan Sang Habib seperti tasbih, sorban, qur’an, aneka minyak wangi, dan lain-lain.
Di sebelah kanan rumah utama, berdiri sebuah ruangan yang lebih kecil lagi sebagai warung Sang Habib yang dipenuhi barang-barang dagangannya. Inilah Habib Rizieq yang sangat bersahaja dalam menjalani hidup. Isterinya, saya memanggilnya Umi, merupakan seorang perempuan yang sangat rendah hati dan tawadhu. Tak jarang dia menyapu sendiri halaman rumahnya atau bermain-main dengan anak-anaknya yang masih kecil dan lucu-lucu. Saya tidak pernah melihat khadimat di rumah ini.
Saya sudah berkali-kali mengunjungi rumah Habib, dari tahun ke tahun tidak ada perubahan yang berarti. Tetap dalam kesederhanaan dan ketawadhuannya. Dari jalan raya ke rumah sang Habib harus tetap menyusuri gang senggol sepanjang sepuluh meter dan pintu besinya yang rendah dan jarang di kunci yang itu-itu juga. Yang berubah hanya masjid yang berjarak sekitar tigapuluh meter dari rumah sang Habib, dulu masjid itu kecil, sekarang sudah lumayan besar.
Dalam hati saya berkata bahwa jika saja Habib mau merasakan hidup lebih makmur maka hal itu bukan hal yang sulit baginya. Front Pembela Islam (FPI), organisasi
Saya sangat bangga umat Islam masih memiliki pemimpin umat yang lurus seperti Habib Rizieq. Di bumi
Saya sangat sedih melihat kenyataan seperti sekarang ini. Dakwah sudah tidak ada bedanya dengan Multi Level Marketing (MLM), di mana mereka yang di atas bisa kaya raya dengan menginjak dan menunggangi umat yang berada di bawah. Yang di atas hiudp bagaikan surga dunia, sedangkan yang di bawah, umat kebanyakan, tetap hidup dalam kesengsaraan dan kemiskinan. Ukhuwah Islamiyah? Itu hanya materi di dalam pengajian-pengajian. Di dalam prakteknya: NOL BESAR. Hanya orang-orang kritis, cerdas, dan berani yang bisa bangkit dari semua dongeng penuh kepalsuan ini.
Saya terngiang-ngiang perkataan Habib saat akhir pertemuan. “Akhi, walau banyak orang menuding kami kelompok radikal, kami akan tetap dalam jalan dakwah ini. Kami akan tetap melakukan amar ma’ruh nahyi munkar sampai kapan pun. Ini adalah jalan para Nabi. Mudah-mudahan Allah SWT selalu bersama kita.”
Malam ini, saya memanjatkan doa agar Allah SWT melindungi dan memperkokoh keimanan Sang Habib dan para anak buahnya yang tengah didera fitnah dari Hizbusyaithon, manusia-manusia yang merelakan dirinya menjadi pembela kepentingan Zionisme. Bagi saya, Habib dan para pengikutnya merupakan orang-orang yang selalu istiqomah dalam melakukan amar ma’ruf nahyi munkar. Bukan seperti 'pemimpin umat yang lain' yang sudah memodifikasikan hal ini sehingga menjadi Amar Ma’ruh Nyambi Munkar. Amien..
CP: eramuslim.com
Dimana ustad kami yg selalu tersenyum dengan sorban hijau dan janggut diwajahnya?
Dimana ustad yg dulu mengajarkan alif ba ta tsa di surau kami?
Dimana ustad yg dulu memberikan tausiah tentang iman dan Islam di langgar2 kampung?
Dimana ustad yg mengajarkan etika, sopan santun dan akhlaqul karimah kepada kami?
Ustad2 itu sudah tidak ada, yang ada ustad2 yg menunggangi ummat untuk kepentingan pribadi.
Tidak ada lagi uluran tangan untuk kami cium sebagai hormat kami
Tidak ada lagi yg mentartil tilawah kami
Tidak ada lagi yg mentausiahkan kami untuk tegar dalam Iman dan Islam
Tidak ada lagi penjaga akhlaq kami
Yang ada adalah para ustad dan santri yang siap menghajar kami
membubarkan tempat pengajian kami
menghancurkan rumah dan sekretariat tempat kami berkumpul dan tilawah qur'an
jumlahnya ratusan bahkan ribuan
datang dari jauh
bukan untuk mentausiahkan kami
mengajak kami mengaji
tapi menghancurkan kami
karena kami menjaga eksistensi agama Islam ini, yang dulu telah diajarkan mereka kepada kami.
Dimana ulama itu ?
Dimana MUI itu ?
Dimana Ummat Islam ???
Ketika penjara penuh dengan orang pengajian dan ustad yg komit dalam Islam
Selamat datang kemaksiatan
Selamat datang penyimpangan
Selamat datang kebebasan
Fitnah itu bernama Ahmadiyah..
Posting Komentar