Kamis, 22 Mei 2008

SAATNYA REVOLUSI...!

Meneladani Muhammad itu harus melihat aspek sosiologis (konteks sosial-politik) dari era perjuangan Muhammad.

Apakah hanya dengan bermodal Al-Qur'an maka Muhammad bisa memenangkan revolusi sosial ? Tidak! Perjuangan Muhammad hanya bisa berhasil karena dukungan massa rakyat tertindas: kaum budak, rakyat miskin, kaum perempuan, dan para simpatisan dari kalangan lapisan atas.

Bahkan, kaum bangsawan penindas merasa heran melihat seorang lemah dan miskin, seperti anak yatim, budak, pekerja kasar rendahan, tampil menjadi seorang Nabi revolusioner.

Mereka mengharapkan pemimpin revolusioner itu datang dari kalangan mereka sendiri yang dapat berbuat sesuatu yang indah dan mewah.

Mereka menolak dan menganggap apa yang disampaikan Muhammad saw adalah bohong.

Bahkan Muhammad saw dianggap tidak waras, tukang sihir, tukang syair, bahkan Muhammad saw dianggap sebagai perusuh, karena mengarahkan kaum budak, tertindas, kamu msikin dan anak yatim untuk melawan kepada kaum bangsawan .

” Maka tetaplah memberi peringatan, dan kamu disebabkan nikmat Tuhanmu bukanlah seorang tukang tenung dan bukan pula seorang gila. Bahkan mereka mengatakan: “Dia adalah seorang penyair yang Kami tunggu-tunggu kecelakaan menimpanya”.(QS. At-Thur:29-30).

Gerakan massa inilah, dan dengan taktik kepeloporan (Assabiqunal Awwalun) di antara para Sahabat (= comrade, kawan), mulai dari gerakan bawah tanah (dakwah sirri), demonstrasi (unjuk sholat di depan Ka'bah di bawah lemparan batu dan ejekan kaum Quraisy), front/aliansi dengan kabilah2 Madinah (termasuk dengan tiga suku Yahudi, yang kemudian membelot, berkhianat, menusuk dari dalam selama Perang Khandaq), perjuangan bersenjata (Perang Badar, Perang Uhud, Perang Khandaq), hingga insureksi (perebutan pusat kekuasaan Arabia) yaitu peristiwa Futuh Makkah.

Semua landasan perjuangan Muhammad, dengan basis ideologi Islam (karena pada saat itu dunia masih diselimuti kabut-kabut metafisika, sehingga Muhammad "harus bicara dalam bahasa kaumnya"), dengan pola gerakan massa rakyat tertindas, dan taktik kepeloporan radikal, sangat mirip dengan taktik yang dipergunakan oleh kelompok sosialis Marxis-Leninis (revolutionary vanguard), dan mirip pula dengan konteks zaman modern di mana kejahiliyahan sekarang berwujud kapitalisme global.

Apa yang patut direfleksikan dari tokoh Muhammad, tidak lain adalah sebuah prestasi besar gemilang dalam mengukir sejarah perubahan struktur teologis dan sosiologis serta perubahan mentalbagi masyarakat.

Penggambaran Muhammad mutlak diperlukan karena saat ini, baik umat Islam maupun nonmuslim, telah mengalami kegagalan dalam memahami sosok Muhammad secara utuh.

Dengan demikian "berbicara dengan bahasa kaum sekarang" adalah berbicara dengan bahasa sosialisme “Islam”, sebagai lawan paling tangguh terhadap kapitalisme.

Sosialisme tidak mati dengan ambruknya Uni Soviet dan Blok Timur, yang ambruk adalah Stalinisme.

Watak kapitalistik yang mengakumulasikan kapital dan memutarnya demi keuntungan yang lebih besar ini telah mengakar dalam benak masyarakat setempat. Imbas dari tatanan sosio-ekonomi ini adalah munculnya penguasaan ekonomi oleh kelompok elite,semakin tertindasnya kelompok marginal, dan terjadi kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin.

Ia mengira bahwa hartanya akan mengekalkannya (buat hidup di dunia).Tidak,sekali- kali tidak,sesungguhnya dia akan ditempatkan ke dalam neraka (hutamah),’ (al-Humazah 3–4).

Ayat itu sungguh sangat revolusioner dan dapat menggetarkan jantung kaum kapitalistik.

Jayalah sosialisme, yang bernafaskan syariat Islam bangun front anti-imperialis, hancurkan Zionisme-Israel, gulingkan rejim boneka imperialis SBY-JK, solidaritas internasional dengan seluruh gerakan rakyat dukung poros persatuan anti imperialisme global yang tengah dirintis oleh Hugo Chaves, Ahmadinajed (Iran), Evo Morales (Bolivia), Fidel Castro (Cuba), Muammar Khadafi (libia)......hancurkan AS dan sekutu-sekutunya.

HIDUP ISLAM, BANGKITLAH RAKYAT YANG TERTINDAS, HIDUP SYARIAT ISLAM YANG MEMBUMI........!!!!!

Posting Komentar