Tatkala orang lain having fun dengan apa yang mereka kehendaki menuruti hawa nafsunya, ehh…ada sekelompok orang-orang aneh (“gila”) malah memikirkan (red : peduli) dengan kondisi umat yang serba sengsara dan tertindas sekarang ini.
Ada yang melontarkan statement negatif kepada mereka itu, “ngapain mikirin orang lain, mendingan urusin diri aja dulu, diri sendiri aja belum bener!” ujarnya.
Tau ga sich kalian !!! seharusnya ungkapan negatif itu ditujukan kepada orang-orang yang suka Ngegosip & Ngerumpi berikut konco-konconya (acara-acara infotainment), karena apa? Karena mereka sesungguhnya telah mikirin, mencampuri & memblow-up aib orang lain.
Kita semua tahu bahwa Al-qur’an berujar : ” ..orang yang suka membicarakan aib orang lain, seperti layaknya memakan bangkai orang yang diomongin itu” Gimana makan bangkai jizay khan?
Balik lagi tentang kepedulian, ya Memang Benar, kepedulian kita tu bukannya tidak berdasar, kita dalam bertindak harus selalu terikat dengan hukum syara (hukum Islam). Rasululllah Sang manusia paripurna berkata :
“Siapa saja bangun di pagi hari dan ia hanya memperhatikan masalah dunianya, maka orang tersebut tidak berguna apa-apa di sisi Allah; dan barang siapa yang tidak memeperhatikan kondisi kaum Muslimin, maka ia tidak termasuk golongan kaum Muslimin” (THR. Thabrani dari Abu Dzar Al Ghifari).
Nah, logika kita berjalan, kalo bukan golongan kaum Muslimin (umat, Muhammad SAW), maka pemahaman kebalikannya adalah bukan golongan Nabi Muhammad SAW, Naudzubillah min dzalik !!!
Memang benar untuk mendapatkan syafaat dari Nabi Muhammad SAW ga mudah tuch!, semua itu butuh pengorbanan coy!. Fair kan pengorbanan di balas surga, wajar!!, wong makan aja supaya gampang dicerna butuh usaha (dikunyah dulu) Iya ga Dude?
Ya inilah Islam, kalo kita bicara tentang solidaritas, Islam juga paling kuenceng dan terdepan dalam hal itu mah!!. Solidaritas dalam Islam sangat berdasar, bukan seperti halnya solidaritas orang-orang yang sempit dan buta, solidaritas karena sebangsa (nasionalisme), solidaritas hanya sesuku (sukuisme/chauvinisme).
Solidaritas seperti inimah sangat tanggung sekali, peduli Cuma karena dia senegara / sesuku, sungguh sangat sempit dan rapuh. Sempit karena kepeduliannya sangat terbatas oleh sekat-sekat nasionalisme.
Rapuh karena ia mudah sekali hancur dan hilang, ikatan nasionalisme/sukusime hanya muncul ketika ada bahaya (serangan), nah ketika serangan yang mengancam mereka itu hilang, maka ikatan mereka hilang pula berganti dengan individualisme, narcisme, seperti yang sekarang terbukti dan tak terbantahkan lagi.
Oleh karena itu ikatan-ikatan sempit dan rapuh seperti nasionalisme, sukuisme, patriotisme, dan chauvinisme sesungguhnya sangat cocok bagi siapa? Benar, sangat cocok bagi Binatang-binatang, yang sesungguhnya mereka tidak mempunyai akal untuk berfikir, sehingga akhirnya tidak mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah dengan standar hukum Islam.
Sedangkan ikatan solidaritas dalam Islam sangat luas dan kuat. Luas, karena tidak terbatas oleh sekat-sekat nasionalisme, selama ia Muslim, maka walaupun ia berada di ujung dunia, dia tetap saudara kita. Kuat, karena eksistensi ikatan se-Aqidah ini akan tetap ada dalam berbagai kondisi, baik dalam keadaan aman sentausa, apalagi ikatan se-Aqidah ini akan semakin kuat—sekuat lem power glue, he..he..he..—dalam kondisi umat Islam yang terancam dan tertindas seperti sekarang ini.
Masalah Palestina, Irak, Afganistan, dan negeri-negeri Islam yang sedang tertindas sekarang ini adalah bukan masalah mereka sendiri, akan tetapi merupakan masalah umat Islam bersama seluruh dunia yang harus kita pikirkan dan kita cari solusi bersama pula. Dan kita tau bersama bahwa Syariah dan Khilafah Is The Only One Solution.
Setuju? Harus, idiih… maksa!, biarin!!.
Okeh deh, berikut saya akan memberikan contoh, betapa sebagai seorang Muslim kita tu harus peduli terhadap kondisi umat Islam sekarang!
Coba bayangin, “Gila” ga?, tatkala, mungkin pada saat jam 8 malem, ketika orang lain lagi nyantai-nyantainya nonton pelem sinetron, ngumpul-ngumpul / rumpi-rumpi sama keluarga atau temen.
Eehh…ini para pengemban dakwah, malah keluar rumah meninggalkan anak dan istri misalnya, keluar rumah bukan untuk seneng-seneng, tetapi untuk rapat bikin makar (red : strategi dakwah), bagaimana merumuskan cara yang sangat efektif dan efisien guna menyadarkan masyarakat. “Gila” ga?
Coba bayangin, “Gila” ga?, di saat jam 11 malem, orang lain lagi pules-pulesnya tidur di atas kasur yang empuk dan bersandarkan bantal yang gemuk. Eehh…ini para pengemban dakwah, lagi berjuang melawan dinginnya angin malam, karena mungkin dia baru pulang rapat.
Gimana Coba!! Fair kan klo surga balasannya bagi orang-orang yang mau berkorban seperti itu. InsyaAllah balasannya surga, asal niatnya kudu ikhlas hanya untuk mencapai keridhoan Allah semata, demi meninggikan kalimat Allah.
“Gila” ga?, pada sepertiga malam terakhir orang lain lagi di puncak kenikmatan tidurnya (bermimpi, ngorok, & ngiler). Eehh… ini para pengemban dakwah malah melakukan One Night Stand (red: artinya berdiri tengah malam tahajjud, bukannya kencan semalam).
Mereka bersujud dan bercucuran air mata sebagai tanda ia besyukur & bertakwa kepada-Nya.
Ia pun berdo’a bermunajat kepada Rab—Tuhan yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya—ini. Dan do’a yang ia ungkapkan kepada-Nya tidak egois mendo’a kan dirinya dan keluarganya saja.
Ia mendo’a kan agar orang-orang yang belum sadar diberikan kesadaran dan hidayah-Nya, karena ia tahu bahwa mereka juga hamba-hamba Allah yang ingin merasakan bagaimana nikmatnya beribadah dan mengabdi kepada Allah.
“Gila” ga?, di saat orang lain bernafsu membelanjakan duitnya untuk membeli apa aja yang ia mau (konsumtif). Eehh… para pengemban dakwah malah tak sungkan-sungkan untuk membelanjakan hartanya di jalan Allah, misalnya menginfakkan hartanya untuk membuat buletin, spanduk, pamflet, ngisi ceramah sana-sini tanpa dibayar.
Ayo!!! Dech, mari kita berfikir, gunakan akal yang telah Allah anugerahkan pada kita. Jangan sampai kepala kita itu hanya berfungsi untuk nempelin 2 mata, 2 telinga, 1 hidung + 2 lobang idungnya, dan 1 mulut. Kalau toh fungsinya Cuma itu saja, lalu apa bedanya manusia dengan binatang????
Tau ga sich loe??? Bahwa ada istilah “manusia adalah binatang berakal” lalu kalo akalnya gak dipake untuk memahami hukum-hukum Allah, ya manusia itu ga jauh beda ama binatang.
Bahkan pernyataan Alloh dalam Al-qur’an lebih tegas lagi, “bahwa manusia yang tidak menggunakan akalnya untuk memahami hukum-hukum Allah adalah lebih sesat dari binatang ternak” Mau ga kita disepertikan bahkan lebih sesat dari binatang ternak??? Bagi orang yang waras jawabannya pasti : ENGGAAAAAKKKK!!!!.
Memang Benar para pengemban dakwah tu adalah orang-orang pilihan, di mana mereka tu adalah umat terbaik (Be The BEST) bukannya umat asal-asalan (Be Asa).
Tau ga sich loe??? Bahwa Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam pernah bersabda: "Islam dimulai dalam kondisi asing, dan akan kembali sebagaimana ia dimulai (sebagai sesuatu yang) asing; maka berbahagialah bagi kaum ghuraba' (orang-orang yang asing tersebut)". [H.R.Muslim]
Siapakah orang-orang yang asing tadi??? Tidak lain & tidak bukan adalah para pengemban kebenaran yaitu hanya pengemban Ideologi Islam; karena hanya ideologi Islam satu-satunya ideologi yang sesuai fitrah manusia, memuaskan akal & menentramkan hati.
Coba dech kamu teliti & pikirkan baik-baik serta dalam-dalam!!! Adakah 3 kriteria tadi ada pada ideologi selain Islam (Kapitalisme & Sosialis-Komunisme)??? Jawaban bagi manusia yang berakal sehat PASTI : TIDAAAKKK!!!!.
MARI KITA BERFIKIR!!!, GUNAKAN AKAL KITA UNTUK MEMAHAMI HUKUM-HUKUM ALLAH SWT.
INVITATION TO THINK
TERAKHIR, saya hendak bertanya dengan merujuk pada hadits di atas maukah kalian menjadi orang-orang yang beruntung??? Maka saran saya JADILAH ORANG-ORANG YANG “GILA” tadi!!!.
Wallahu’alam bishawab.
Posting Komentar