Kamis, 06 November 2008

MEMUAKKAN: SIAPA OKNUM TIM ANTI TEROR POLRI YANG "MEMBOCORKAN" RAHASIA NEGARA YAITU GAMBAR AMROZI CS DI RUANG ISOLASI?

JAKARTA (KATAKAMI) Luar biasa, Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri dan Kabareskrim Komjen. Susno Duadji seakan tidak ada harganya dimata anak buah.

Ketiga terpidana mati kasus Bom Bali I Amrozi, Ali Ghufron alias Muklas dan Imam Samudra belum di eksekusi, tetapi sudah begitu banyak "atraksi" yang membuat semua pihak terpaksa geleng-geleng kepala.

Hari Kamis (6/11/2008) ini, salah seorang yang sangat terkejut dan marah adalah Kepala Badan Inteljen Negara Sjamsir Siregar.

Sjamsir, tak mampu menutupi keterkejutan dan kemarahannya ketika diberitahu oleh KATAKAMI.COM bahwa Pukul 09.00-09.10 Kamis pagi di TV One, ditayangkan "EKSKLUSIF" gambar Amrozi Cs di ruang isolasi LP Nusa Kambangan.

Pada gambar yang termuat di tulisan ini, terlihat beberapa petinggi Tim Anti Teror Polri yaitu Komjen. Gories Mere dan Brigjen Surya Dharma selaku Kepala Densus 88 Anti Teror.Sementara di bagian belakang mereka, terlihat Kombes. Petrus Golose yang disebut sebagai "tangan kanan" Komjen. Gories Mere.

Begitu bangganya TV One menayangkan bahwa "hanya mereka" yang bisa mendapatkan dan menayangkan gambar Amrozi Cs di akhir hidup mereka.Tertera keterangan disitu kata-kata : EKSKLUSIF. Hebat ! Apakah semua pihak perlu tepuk tangan untuk kehebatan ini ?

Terlihat di gambar itu, Amrozi sedang mengintip dari balik pintu jeruji besi ruang isolasi. Sendirian saja. Sekilas tampak bagian dalam ruang isolasi, lalu Amrozi sedang berjalan.Cukup lama sekali ditayangkan gambar EKSKLUSIF "yang hebat" itu. Kemudian, sempat kamera bergoyang. Dan disorot juga sekilas bagian dalam ruang isolasi. Tak cuma itu, ditayangkan juga skema perjalanan eksekusi.

Lalu, terlihat di layar saat tim TV One melanjutkan kehebatannya dengan melakukan "Napak tilas" terhadap jalan-jalan tikus dari jalan yang akan dilalui TIM EKSEKUTOR jika nanti mau mengeksekusi. Jadi, mereka mau melengkapi ekseklusivitas itu dengan menunjukkan bahwa mereka sudah lebih dulu bisa menayangkan "seluruh perjalanan" yang akan dilalui saat eksekusi berlangsung.

Biasanya, jika sudah masuk ke Ruang Isolasi maka eksekusi sudah didepan mata. Cuma yang jadi masalah adalah bagaimana tayangan gambar didalam Ruang Isolasi itu bisa ditayangkan sebebas itu di sebuah televisi swasta nasional ? Sesama narapidana saja harusnya tidak bisa lagi bertemu dengan ketiga terpidana. Ini malah masuk TV ibaratnya pemain sinetron.

Siapa saja yang menyaksikan tayangan itu akan "takjub". Inilah yang namanya eksklusivitas yang benar-benar eksklusif. Hebat. Hebat. KATAKAMI.COM sebenarnya tak sengaja ingin menyaksikan itu. Di sebuah lokasi yang disinggahi pada Kamis pagi, secara kebetulan menayangkan TV One yang sedang menyiarkan kehebatan ekskslusivitas tersebut.

Kalangan media, sudah tidak heran dengan "kelakuan" TV One seperti ini. Selalu saja, siapapun Kapolri atau Kabareskrim-nya, pasti akan kecolongan oleh kelakuan Densus 88 Anti Teror. Dan jangan pula heran, kalau misalnya jajaran Pimpinan Polri mengusut ini maka oknum pelaku alias DALANG semua ini akan "cuci tangan". Yang sudah-sudah sih begitu yaitu akan menyalahkan anak buah.

Dan sudah menjadi rahasia umum pula bahwa dibelakang semua EKSKLUSIVITAS PEMBERITAAN terkait penanganan teorisme sejak kasus Bom Bali I tahun 2002 (sampai saat ini) diduga adalah oknum Komjen. Gories Mere, Brigjen. Surya Darma dan Densus 88 Anti Teror Polri.

Terutama Komjen. Gories Mere. Inilah yang diduga sangat amat kuat menjadi biang kerok yang paling keterlaluan dalam hal pemberian eksklusivitas pemberitaan soal penanganan terorisme. Dan ia "tenang-tenang" saja selama bertahun-tahun ini karena terkesan ia sangat yakin tidak akan ada yang berani menindak dirinya.

Dan kali ini, Kapolri Bambang Hendarso Danuri dan Kabareskrim Komjen. Susno Duadji harus menanggung "beban berat" dihadapan semua pihak. Apalagi keduanya adalah pejabat baru di lingkungan Polri.

Bagaimana mungkin "RAHASIA NEGARA" dibocorkan kepada media. Seperti yang sudah diprediksi sebelumnya oleh KATAKAMI.COM, Densus 88 Anti Teror dimungkinkan untuk membocorkan dokumentasi VIDEO terkait Amrozi CS.

Dari tayangan gambar yang disiarkan Kamis pagi ini, kemungkinan atau prediksi yang terjadi adalah dua hal yaitu :

Densus 88 Anti Teror diduga kuat "mencuri" atau "menggelapkan" dokumentasi milik LP Batu Nusa Kambangan yang terekam dari kamera CCTV.

Kemungkinan kedua adalah Densus 88 Anti Teror Polri memang memasang sendiri kamera-kamera rahasia untuk merekam semua situasi di bagian dalam LP Batu Nusa Kambangan. Melihat dari tayangan berita TV One, yaitu kamera sempat bergoyang, berarti dokumentasi itu adalah dokumentasi HASIL CURIAN lewat kamera-kamera rahasia yang dipasang tanpa sepengetahuan Petugas LP Batu Nusa Kambangan.

Dari dua kemungkinan ini, maka kemungkinan yang paling besar adalah prediksi kedua yaitu Densus 88 Anti Teror Polri memasang kamera-kamera pemantau (CCTV) secara rahasia dan merekam semua tayangan gambar itu. Dari situlah dokumentasi dibagian dalam Ruang Isolasi dibocorkan kepada TV One.

Dan jujur saja, prediksi serta semua analisa ini sudah disampaikan juga secara tertutup kepada pihak berwenang di Jajaran Polhukkam, terutama Eksekutor yaitu Kejaksaan Agung.

Hari Kamis ini analisa serta prediksi itu terjadi secara nyata. KATAKAMI.COM bukanlah peramal tetapi dari perjalanan panjang sepanjang 6 tahun terakhir ini, dimana Tim Satgas Bom Polri (sekarang sudah diberangus) dan Densus 88 Anti Teror Polri sudah sangat "terbiasa" membocorkan rahasia negara dan memberikan EKSKLUSIVITAS PEMBERITAAN yang sangat tidak pantas kepada satu media saja.

Pembocoran rahasia negara ini menunjukkan lemahnya pengawasan dari Kejaksaan Agung sebagai Eksekutor. Dimana kecermatan dan konsentrasi yang sangat tinggi dari Kejaksaan Agung untuk memastikan bahwa seluruh rangkaian eksekusi ini tidak ada cacat celanya. Inilah yang dimaksud tentang perlunya Pejabat Kejaksaan Agung memberikan perhatian yang serius terhadap rencana eksekusi.

Kelakuan buruk berupa EKSKLUSIVITAS PEMBERITAAN TERORISME ini sudah di hapal luar kepala oleh media massa nasional. Dalam catatan kalangan media, tidak pernah ada tanggapan serius dan tindakan tegas dari pimpinan Polri.

Payah sekali !

Jangan heran kalau oknum pelaku atau dalang dari pembocoran rahasia ini bisa "petantang petenteng" untuk menunjukkan bahwa tidak akan ada yang berani menindak mereka.

Kepala BIN Sjamsir Siregar sangat marah terhadap bocornya rahasia negara ini. Sebab, situasi atau keadaan dari ketiga terpidana di ruang isolasi tersebut adalah sesuatu yang tidak bisa samasekali dipublikasikan kepada masyarakat luas.

"Goblok sekali itu yang membocorkan dokumentasi itu, darimana televisi itu mendapat ? Keterlaluan mereka ini. Tidak ada komentar dari aku. Kami akan cek itu sekarang," kata Sjamsir secara EKSKLUSIF kepada KATAKAMI.COM Kamis pagi di Jakarta.

Sementara itu dihubungi terpisah oleh KATAKAMI.COM, Sutradara Gintings anggota Komisi I DPR dari Fraksi PDI Perjuangan mengatakan bahwa tindakan PEMBOCORAN RAHASIA NEGARA ini adalah sesuatu yang sifatnya sangat fatal.

"Saya heran ya, berulang kali kami mendengar ada kejadian seperti ini. Apa sebenarnya motivasi mereka ? Dalam penanganan terorisme di seluruh dunia, tidak pernah ada tindakan gegabah seperti di Indonesia ini. Sedikit-sedikit dibocorkan kepada media massa. Setahu saya, penanganan terorisme di seluruh dunia ini, hasilnya bukan untuk dipublikasikan secara detail," kata Sutradara.

Menurutnya, pembocoran tayangan gambar di Ruang Isolasi LP Batu, peta perjalanan dari LP Batu ke Lokasi Eksekusi, rute Helikopter, rute pengangkutan jenazah, adalah hal-hal yang harusnya dirahasiakan kepada publik," lanjut Sutradara.

Lebih jauh, Sutradara mempertanyakan komitmen, ketegasan dan kemampuan dari Jaksa Agung Hendarman Supandji dan Kapolri Jenderal BHD untuk mengendalikan situasi seputar eksekusi.

"Coba lihat ini, bagaimana pertanggung-jawaban dari Jaksa Agung dan Kapolri, kok bisa RAHASIA NEGARA dibocorkan kepada media ? Harus ditertibkan siapapun yang memungkinkan pembocoran rahasia negara ini terjadi," pungkas Sutradara.

Pembocoran rahasia negara ini bukanlah hal baru dalam Tim Anti Teror Polri. Dan terbukti semua analisa serta masukan dari KATAKAMI.COM. Oknum petinggi dalam Tim Anti Teror Polri ini tidak perduli siapapun yang menjadi Kapolri atau Kabareskrim. Yang penting, bagaimana kemauan mereka terlaksana atau tercapai.

November 2005 Membocorkan dokumentasi penembakan terhadap dr. Azahari di Batu Malang, Jawa Timur(ditayangkan EKSKLUSIF disebuah televisi swasta nasional).

Oktober 2006 Densus 88 membocorkan dokumentasi penembakan terhadap sebuah Pondok Pesantren di Poso (ditayangkan EKSKLUSIF di sebuah televisi swasta nasional).

Juni 2007 Membocorkan dokumentasi video pemeriksaan penyidik Polri terhadap teroris Abu Dujana(ditayangkan EKSKLUSIF di sebuah televisi swasta nasional).

Maret 2008 Membocorkan dokumentasi tertulis pemeriksaan terhadap teroris kepada sebuah Kantor Berita Asing sehingga keluar berita yang spekulatif bahwa Noordin M. Top melarikan ke Suriah

Kejadian-kejadian ini adalah sebagian kecil dari seluruh rangkaian EKSKLUSIVITAS PEMBERITAAN yang dilakukan oleh oknum petinggi Tim Anti Teror Polri kepada satu media saja.

Dan kini, baik Jaksa Agung dan Kapolri harus mempertanggung-jawabkan kepada Pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia, mengapa ada pembocoran RAHASIA NEGARA seperti ini ?

Bisakah dibayangkan bahwa dampak dari semua itu sangat berat ?

Misalnya, peta perjalanan eksekusi dari LP Batu Nusa Kambangan ke Hutan Nirbaya (dimana jalan tikus dan lokasi penembakan) ditayangkan juga di TV One akan membuka peluang bahwa "rombongan Eksekutor" bisa dicegat oleh pihak "luar" yang bersimpati pada ketiga terpidana ?

Hanya ada satu kata untuk mengomentari semua pembocoran RAHASIA NEGARA ini, luar biasa !

Dan biasanya juga, siapapun Kapolri dan Kabareskrim-nya tidak akan mampu berbuat apa-apa serta tidak akan mengambil tindakan tegas apapun terhadap Komjen. Gories Mere, Brigjen Surya Dharma dan Densus 88 Anti Teror.

Padahal sebenarnya, mereka pantas DICOPOT sekarang juga jika memang terindikasi kuat dan terbukti menjadi DALANG pembocoran rahasia negara yang kunjung berakhir.

Semua masyarakat menilai seberapa mampu Kapolri BHD dan Kabareskrim Susno Duadji dalam menertibkan anak buah yang "liar" seperti ini.

Dan bagi kalangan media, hal semacam ini bukanlah sesuatu yang baru sebab sudah"dari sononya" Komjen Gories Mere dan Brigjen Surya Dharma sangat berani untuk melakukan "segala hal" diluar ketentuan yang berlaku. Jangan heran, jika mereka "ditegur" maka anak buah mereka yang akan dipersalahkan alias dijadikan kambing hitam.

Mendengar, melihat dan mengetahui ada kejadian "KLASIK" yang terulang kembali seperti ini, kalangan media juga merasa dapat mainan baru berupa tebak-tebak manggis. Ayo taruhan, baik Kapolri maupun Kabareskrim pasti tidak akan mampu berbuat apa-apa atau menindak tegas oknum pembocor rahasia negara ini.

Seperti yang sudah-sudah, hal semacam ini akan "didiamkan" dan dipeti-eskan. Tak jauh beda dengan kepemimpinan Kapolri sebelumnya (Sutanto), puluhan kali terjadi pembocoran rahasia negara atau pemberian eksklusivitas berita kepada satu media itu saja, tidak mendapat tindakan tegas apapun. Yang terjadi justru Komjen. Gories Mere diberi kenaikan pangkat. Sehingga, kalangan media sudah tak akan terkejut seandainya pelaku pembocor rahasia negara ini "bisa-bisa" malah dapat penghargaan atau kenaikan pangkat (LAGI).

Apakah Presiden SBY dan seluruh rakyat Indoneia akan mendiamkan saja hal semacam ini ?

ini analisa dr ikhwan yg dikirimkan kepada saya via e-mail.

Posting Komentar