Sabtu, 30 Mei 2009

CHINA UNDERCOVER: RAHASIA DIBALIK KEMAJUAN CHINA

Beberapa kali saya memiliki pengalaman yang “berbau” Cina. Saat pertama ketika sempat berkunjung ke Kota Nanjing, Provinsi Jiangsu, sepuluh tahun lalu. Kesan pertama yang menyergap mata adalah suasana kota yang kental dengan “suasana komunis.” Kumuh, berdebu, dekil, jorok! Beda jauh dengan “suasana kapitalis” yang wangi, harum, rapi, bersih! Sempat saya susuri pojok-pojok kota yang masih menyimpan banyak pedagang kaki lima yang menjajakan barang-barang bekas, komplek pelacuran yang buka di siang hari, dan atraksi seorang pembuat mie dengan cara mencabik dan mengayun adonan tepung dengan kedua tangannya, tanpa alat apapun.

Pengalaman kedua adalah ketika menjadi pemandu rombongan pejabat dari Provinsi Sichuan yang belajar tentang “livestock and husbandry” di Indonesia. Kesan paling mendalam yang masih tersimpan di kepala adalah praktik korupsi luar biasa yang mereka lakukan di Indonesia. Ceritanya, ketika mereka akan melakukan pembayaran untuk urusan akomodasi dan travelling selama di Indonesia, mereka minta dibuatkan kwitansi dengan nilai yang berlipat-lipat dari yang seharusnya mereka bayarkan. Madame Zhang yang menjadi pimpinan rombongan dengan gaya aristokratnya seolah tak bersentuhan dengan perkara nista ini. Anak buahnya dengan cantik telah menyelesaikan segala urusan ini. Hasil “mark-up” yang mereka lakukan mereka pakai buat belanja patung kayu di Jogja, perak di Bali, dan seabrek oleh-oleh yang tentu saja akan dibagi rata di sana.

Membaca buku kisa nyata “China Undercover” karya Chen Guidi dan Wu Chuanto menjadi mudah bagi saya untuk memahami konteks cerita yang terbangun di sana. Ini kisah pilu dan berdarah-darah dari sebagian besar penduduk Cina yang petani itu. Kisah diawali dengan matinya seorang petani Ding Zuomang dari Desa Luying karena terlalu vokal menuntut pembebasan pajak yang semakin mencekik leher petani desa. Kisah kedua adalah pembantaian 4 petani Desa Zhang yang dilakukan oleh kader partai desa yang murka karena para petani tak mau diperas dengan berbagai pajak ngawur yang mereka ciptakan. Cerita ketiga adalah tragedi Desa Gao, yang mengumbar keangkaramurkaan Zhang Jidong untuk mengobrak-abrik penduduk desanya sendiri karena adanya perlawanan petani. Tragedi keempat terjadi di Desa Wang, Kecamatan Baumiao. Seluruh peristiwa itu terjadi di Provinsi Anhui, Cina, dalam rentang tahun 1992-1996. Itu artinya terjadi pada abad 21 di mana hak asasi dan keadilan di depan hukum harusnya sudah ditegakkan.

Ketika seorang petani berteriak, “tak seorangpun dapat melebihi hukum.” Dengan entengnya seorang pejabat mencemooh: “Kau benar-benar percaya omong kosong yang kau lihat di TV dan kau baca di Koran-koran mengenai aturan hukum? jangan tolol. Mungkin di Amerika seorang pejabat lokal dapat mendakwa presiden – tapi itu di Amerika, bukan Cina. Biar kuberi tahu, ini Cina, di sini manusia yang mengatur, dan aku mengaturmu!”

Kisah nyata ini menjadi kontroversial di Cina dan sempat dilarang oleh pemerintah. Karena bisa menjatuhkan citra bangsa Cina dengan sederet cap negative: korup, sadis, rakus, dsb. Tapi 10 juta kopi bajakannya sempat beredar di pasar gelap di Cina dan kini bahkan sudah beredar di banyak negara.

Kekuatan kisa nyata ini adalah pada gaya bertutur yang seolah didramatisasi hingga membuat pembaca ikut merasakan penderitaan para petani. Padahal bahan dasar penulisan buku ini adalah hasil riset Chen Guidi dan Wu Chuanto, yang tak lain adalah suami-istri yang menaruh perhatian pada masalah social ekonomi bangsanya.

Kisah ini boleh jadi tak hanya terjadi di Cina, tapi bisa saja hadir di halaman depan republik kita ini, tentu dengan sedikit kecanggihan modus operandi-nya.

Harga:Rp.45.000,-+ongkos kirim sesuai tarif pos "kilat khusus",klik di:http://www.posindonesia.co.id/tarifpos_skh.php , dr Jakarta Timur & transfer ke rek: BCA No: 6310141249. Konfirmasi hp no: 0811841321 atau 021-92991151, atau e-mail: oase_bc@yahoo.co.id. Dan jika anda membutuhkan informasi buku-buku lain & selanjutnya klik pada “posting lama” pd sudut kanan bawah...! atau dapat melalui chat via YM, silahkan klik ikon YM dibawah ini:

Posting Komentar