Sabtu, 25 April 2009

KEMBALINYA TALIBAN

Kepercayaan diri yang tinggi dijadikan propaganda dalam merekrut anggota baru, seperti terlihat dalam situs mereka. Disebutkan, Afganistan pernah mengalahkan Inggris, pernah mengalahkan Uni Soviet dan kini aka mengalahkan Amerika.

Bahkan bila ketiga negara itu bersama-sama kembali masuk Afganistan, Taliban menyatakan tak akan takut, karena Taliban hanya takut kepada Allah. Propaganda yang dahsyat.


Cerita kepahlawanan Taliban, perang, pertempuran, dan penyergapan banyak difilmkan dan mudah ditemukan di pasar-pasar di perbatasan Pakistan-Afganistan. Berita yang terjadi di lapangan bahkan sampai lebih cepat melalui media Taliban daripada media pasukan Amerika terutama saat terjadi kesalahan pengeboman yang memakan korban penduduk sipil. Gerakan Islam Taliban dalam beberapa tahun bangkit kembali sebagai pasukan tempur dan ancaman utama pemerintah Afghanistan.

Taliban pertama kali dikenal pada awal tahun 1994. Pemimpinnya adalah ulama desa, Mullah Mohammad Omar, yang kehilangan mata kanannya dalam pertempuran melawan pasukan pendudukan Uni Soviet tahun 1980 an.
Sasaran mereka adalah pemimpin setempat yang saling bertikai yang dikenal sebagai kaum mujahidin yang berhasil mengusir tentara Uni Soviet dari negara itu.


Janji Taliban adalah menegakkan perdamaian dan keamanan serta menerapkan Shariah atau hukum Islam jika kelompok ini berkuasa.
Warga Afghanistan yang khawatir dengan kekuasaan dan pertikaian mujahidin secara umum tadinya kini menyambut Taliban.

Popularitas awal mereka disebabkan oleh keberhasilan menghapus korupsi, mengatasi situasi tanpa hukum dan membangun jalan sementara wilayah yang mereka kuasa berkembang secara ekonomi.
Dari tempat kelahirannya di propinsi Kandahar, Afghanistan barat daya, Taliban dengan cepat memperluas pengaruhnya. Perang belum berakhir.

Delapan tahun sudah AS menjajah Afghanistan, menimbulkan kerusakan, penderitaan dan korban nyawa di kalangan rakyat sipil Afghanistan. Ironisnya, hari ini, ketika rakyat AS sedang mengenang para korban Black September, para petinggi militer AS mengakui bahwa dari sisi militer mereka sebenarnya sudah kalah dalam perang menghadapi Taliban dan al-Qaidah di Afghanistan.


Kekalahan itu diakui oleh Menteri Pertahanan AS Robert Gates dan Kepala Staff Pasukan Gabungan AS Mike Mullen di hadapan Komite Militer DPR AS. Oleh sebab itu, keduanya mengusulkan agar AS mengubah strateginya, bukan lagi menggunakan strategi senjata dan peluru.
Sejumlah analis memprediksi, Taliban akan kembali menjadi kekuatan di Afghanistan.

Serangan-serangan Taliban yang membuat pasukan internasional pimpinan AS kewalahan, menjukkan kelompok ini makin kuat dan maju dalam taktik perlawanan.
Negara-negara Barat memandang Taliban sebagai kelompok pejuang Islam teroris dan terbelakang. Padahal seorang wartawan Inggris bernama Yvonne Ridley, malah masuk Islam setelah ia ditawan Taliban ketika meliput di Afghanistan dan mengamati cara hidup para anggota Taliban.

Ridley, saat ini bahkan menjadi seorang juru dakwah yang sangat membela Islam.
Menjelang masuk ke Pakistan, Seorang pemimpin senior Taliban mengatakan di hadapan ribuan pendukungnya bahwa tidak akan sedikit pun ruang bagi demokrasi jika Taliban mengatur seluruh Pakistan.

Saat ini Taliban sedang bergerak memasuki wilayah Pakistan, kata beberapa sumber, untuk mengkampanyekan syariat Islam.
Dan pengaruh para mujahidin ini telah menyebar cepat hingga mendekati ibu kota Pakistan. Taliban tiba-tiba ternyata mampu menggoyang keamanan Afganistan?
Ada sejumlah faktor yang membantu bangkitnya kembali Taliban itu.


Pertama, keberhasilan Taliban membangun koalisi longgar dengan gerakan-gerakan perlawanan lainnya yang sama-sama anti-AS dan Barat.
Karena itu, aksi serangan terhadap pasukan pemerintah dan asing tidak hanya dilakukan Taliban, tetapi juga gerakan perlawanan lainnya. Koalisi longgar itu mencakup Tanzim Al Qaedah dan faksi-faksi Islam seperti Hezbi Islami pimpinan Gulbuddin Hekmatyar dan Hezbi Islami sayap Younis Khalis. Hekmatyar punya pengaruh di Nouriztan, Qunar, dan Laghman di timur, serta Ghazni dan Lougar di selatan.
Turut serta dalam koalisi itu adalah satuan kabilah atau suku dan kelompok yang membawa bendera agama. Koalisi luas tersebut memegang peran penting dalam merekrut sukarelawan baru. Meski faksi-faksi itu antara satu dan lain berbeda, mereka disatukan oleh sikap dan prinsip yang sama-sama anti keberadaan asing di Afganistan.

Kedua, rendahnya prestasi pemerintahan Presiden Hamid Karzai dalam proses membangun kembali Afganistan pasca- invasi AS ke negara itu pada tahun 2001. Pemerintahan Karzai dianggap gagal dalam membangun kekuatan militer yang nasionalis dan profesional, gagal melucuti senjata milisi, gagal memperkuat legitimasi pemerintah pusat dalam menghadapi otoritas kekuatan lokal yang dipegang para panglima perang lokal, terus merosotnya tingkat kehidupan rakyat, serta kian meluasnya pertanian narkotika.
Diperkirakan, produk narkotika di Afganistan mencapai sepertiga penghasilan negara itu dan sekitar 90 persen produk narkotika dunia.


Ketiga, pengaruh regional juga berandil bagi bangkitnya kembali Taliban. Meskipun tidak ada informasi jelas tentang peran langsung kekuatan regional dalam mendorong kebangkitan kembali Taliban itu, tetapi tidak bisa dilepaskan dengan situasi bergejolak di Provinsi Balushistan dan Warizistan di Pakistan. Di Balushistan kini terjadi aksi makar terhadap pemerintah pusat Pakistan.

Keempat, di tingkat internasional, ada perbedaan pendapat di dalam NATO dengan sekutu-sekutunya yang sudah letih untuk berperang menghadapi Taliban. Para analis memprediksi, Taliban akan kembali menjadi kekuatan di Afghanistan. AS telah salah memandang Taliban sebagai kelompok pejuang Islam teroris dan terbelakang, ternyata serangan-serangan Taliban yang semakin ofensif membuat pasukan internasional pimpinan AS kewalahan, kelompok ini ditengarai makin kuat dan maju dalam taktik perlawanan.

Akankah Taliban menjadi masa depan bagi Afghanistan? Ataukah AS mengulang kembali sejarah kelamnya--keluar dari Vietnam--sebuah negeri jajahan, dimana rakyatnya hanya mengenal kapak dan caping bambu sebagai senjata? Atau AS akan tetap merangsek para asadul asad, singa gurun Afghanistan?

BUAT KITA SEMUA:
Kebangkitan Taliban ini penuh dengan makna dan pelajaran, bahwa jumlah maupun kekuatan senjata dengan segala teori-teorinya, tidak ada artinya dibandingkan dengan kekuatan iman moral dan semangat perlawanan, dari cengkraman konspirasi zionis dan nasrani dengan slogan-slogan demokrasi yang bernafaskan imperialisme dan semangat kolonialisme tersebut.

Setidak-tidaknya kita disini yang hanya bisa menonton dari kejauhan, dapat menyerap semangat tersebut, dan perlu diketahui ada saudara-saudara kita diwilayah tersebut tanpa perlu banyak bicara menghabiskan waktu, demi untuk menyerap serta membagi-bagikan ilmu, semangat yang mereka dapatkan untuk kita semua yang mau menerimanya.


Mungkinkah mereka adalah para pembawa bendera-bendera hitam tersebut…?

Posting Komentar