Minggu, 22 Maret 2009

SEJARAH YANG TERTULIS.


Meneladani Muhammad. SAW itu harus melihat aspek sosiologis (konteks sosial-politik) dari era perjuangan Muhammad.SAW

DI REPUBLIK INI...EKSEKUTIF, JUDIKATIF & LEGISLATIF SUDAH MENJADI AGEN-AGEN....KAPITALIS...TIDAK PERNAH LAGI BERPIHAK KEPADA RAKYAT...SEMBAKO MEMBUMBUNG TINGGI, PENDIDIKAN HANYA MENJADI MIMPI-MIMPI.......!!!I AMARAH SUDAH DIUJUNG LEHER MENUNGGU DIMUNTAHKAN... REVOLUSI SYARIAT ADALAH KENISCAYAAN...TINGGAL MENUNGGU WAKTU...!.

“Dua hal untuk membuat revolusi; massa yang tidak puas dan suatu elit yang berkepala BATU

Jika kita merunut sejumlah teori yang membahas mengenai revolusi , paling tidak ada tiga pendekatan yang menonjol:

Pertama yakni, teori agregat psikologis yang berupaya menjelaskan revolusi, melalui konsep motivasi psikologis rakyat untuk melibatkan diri ke dalam kekerasan politik atau untuk bergabung dalam gerakan oposisi;
Kedua adalah teori konsensus sistem atau nilai yang berupaya menjelaskan revolusi sebagai respon kekerasan dari gerakan ideologis terhadap ketimpangan yang hebat dalam sistem sosial;
Ketiga, teori konflik politik, yang menyatakan bahwa konflik yang terjadi antara pemerintah dengan berbagai kelompok yang terorganisir yang memperebutkan kekuasaan haruslah menjadi pusat perhatian dalam setiap upaya menjelaskan kekerasan kolektif dan revolusi .

Dalam konteks teori agregat psikologis, ada banyak ilmuwan yang memberikan sumbangan bermakna, khususnya menyangkut mengenai apa yang memotivasi sekelompok orang untuk melibatkan diri ke dalam kekerasan…!.

Ideologi revolusi ini bisa dikatakan sebagai suatu sistem nilai yang menyimpang dari sistem nilai yang dominan dan mulai memiliki makna emosional yang kuat bagi seseorang atau sekelompok orang.

Peran utama ideologi dalam suatu revolusi adalah mempersatukan berbagai penderitaan dan kepentingan di bawah seperangkat simbol oposisi yang sederhana dan memikat.

Untuk tujuan revolusi, suatu ideologi yang mencirikan tarik menarik antara kekuatan baik dan jahat, melihat medan politik sebagai medan pertarungan antara kebajikan dan kemunkaran, sangat berlaku bagai landasan ideologi revolusioner.

Jika ketidakpercayaan rakyat kepada pemerintah tak bisa diatasi, akan meletus revolusi sosial. Mungkinkah..itu terjadi...dan Syariah adalah jawaban...!!!
Kalau kita lihat, di dunia ini revolusi terjadi karena beberapa hal.

Pertama, melemahnya lembaga-lembaga kenegaraan. Misalnya, melemahnya aparat keamanan yang bisa menjaga stabilitas. Atau, orang tidak percaya lagi kepada lembaga-lembaga negara seperti MPR, DPR, atau Presiden, sebagai produk demokrasi yang bersemangat kapitalistik dajjalism.
Kalau melihat syarat ini, kita sudah memenuhi syarat.
Jadi, memang benar ada kemungkinan terjadinya revolusi sosial. Tapi, itu saja belum mencukupi.
Masih ada syarat lain.
Bisa saja lembaga-lembaga pemerintah lemah, kepercayaan masyarakat kepada pemerintah kurang, tapi revolusi tidak terjadi kalau tidak ada syarat Kedua.:Yaitu, ketidakpuasan yang merata di seluruh masyarakat.
Tapi itu juga belum cukup. Masih ada syarat lain: “Kepemimpinan”. Ada seorang pemimpin yang bisa diterima bersama.
Kalau tidak begitu, maka yang terjadi bukan revolusi sosial, melainkan anarki atau kekacauan.
Jadi, tinggal digerakkan oleh seorang pemimpin saja?
Pemimpin itu berfungsi banyak hal. Satu, dia menjadi personifikasi dari gerakan rakyat. Artinya, semua rakyat itu merujuk kepadanya. Dia seolah-olah pegang komando, sehingga semua mematuhi dia. Kedua, mungkin juga harus memberikan ideologi yang bisa diterima oleh massa. Kalau dia tidak punya ideologi, dia harus merumuskan semacam ideologi. Kalau tidak ada pemimpin, tak akan terjadi revolusi, paling hanya kerusuhan-kerusuhan horizontal.
Nah pilihan yang merupakan harga mati adalah REVOLUSI SYARIAT YANG BERDASARKAN ISLAM…!!!

Apakah hanya dengan bermodal Al-Qur'an maka Muhammad. SAW bisa memenangkan revolusi sosial ? Tidak! Perjuangan Muhammad. SAW hanya bisa berhasil karena dukungan massa rakyat tertindas: kaum budak, rakyat miskin, kaum perempuan, dan para simpatisan dari kalangan lapisan atas.

Bahkan, kaum bangsawan penindas merasa heran melihat seorang lemah dan miskin, seperti anak yatim, budak, pekerja kasar rendahan, tampil menjadi seorang Nabi revolusioner.
Mereka mengharapkan pemimpin revolusioner itu datang dari kalangan mereka sendiri yang dapat berbuat sesuatu yang indah dan mewah.
Mereka menolak dan menganggap apa yang disampaikan Muhammad .SAW adalah bohong.

Bahkan Muhammad.SAW dianggap tidak waras, tukang sihir, tukang syair, bahkan Muhammad.SAW dianggap sebagai perusuh, karena mengarahkan kaum budak, tertindas, kamu msikin dan anak yatim untuk melawan kepada kaum bangsawan .

” Maka tetaplah memberi peringatan, dan kamu disebabkan nikmat Tuhanmu bukanlah seorang tukang tenung dan bukan pula seorang gila. Bahkan mereka mengatakan: “Dia adalah seorang penyair yang Kami tunggu-tunggu kecelakaan menimpanya”.(QS. At-Thur:29-30).

Gerakan massa inilah, dan dengan taktik kepeloporan (Assabiqunal Awwalun) di antara para Sahabat (comrade, kawan), mulai dari gerakan bawah tanah (dakwah sirri), demonstrasi (unjuk sholat di depan Ka'bah di bawah lemparan batu dan ejekan kaum Quraisy), front/aliansi dengan kabilah2 Madinah (termasuk dengan tiga suku Yahudi, yang kemudian membelot, berkhianat, menusuk dari dalam selama Perang Khandaq), perjuangan bersenjata (Perang Badar, Perang Uhud, Perang Khandaq), hingga insureksi (perebutan pusat kekuasaan Arabia) yaitu peristiwa Futuh Makkah.

Semua landasan perjuangan Muhammad, dengan basis ideologi Islam (karena pada saat itu dunia masih diselimuti kabut-kabut metafisika, sehingga Muhammad.SAW "harus bicara dalam bahasa kaumnya"), dengan pola gerakan massa rakyat tertindas, dan taktik kepeloporan radikal, dan mirip pula dengan konteks zaman modern di mana kejahiliyahan sekarang berwujud kapitalisme global.

Apa yang patut direfleksikan dari tokoh Muhammad, SAW tidak lain adalah sebuah prestasi besar gemilang dalam mengukir sejarah perubahan struktur teologis dan sosiologis serta perubahan mental bagi masyarakat.

Penggambaran Muhammad mutlak diperlukan karena saat ini, baik umat Islam maupun nonmuslim, telah mengalami kegagalan dalam memahami sosok Muhammad secara utuh.

Dengan demikian "berbicara dengan bahasa kaum sekarang" adalah berbicara dengan bahasa sosialisme “Islam” yang berdasarkan syariat sebagai lawan paling tangguh terhadap kapitalisme.

Watak kapitalistik yang mengakumulasikan kapital dan memutarnya demi keuntungan yang lebih besar ini telah mengakar dalam benak masyarakat setempat. Imbas dari tatanan sosio-ekonomi ini adalah munculnya penguasaan ekonomi oleh kelompok elite,semakin tertindasnya kelompok marginal khususnya umat Islam, dan terjadi kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin.
"Ia mengira bahwa hartanya akan mengekalkannya (buat hidup di dunia).Tidak,sekali- kali tidak,sesungguhnya dia akan ditempatkan ke dalam neraka (hutamah),’ (al-Humazah 3–4)".

Ayat itu sungguh sangat revolusioner dan dapat menggetarkan jantung kaum kapitalistik.

Jayalah Islam, yang bernafaskan syariat bangun front anti-imperialis, hancurkan Zionisme-Israel, gulingkan rejim boneka imperialis , solidaritas internasional dengan seluruh gerakan Islam, dukung poros persatuan anti imperialisme global, Bangunkan semangat jihad umat Islam.

BUBARKAN PBB SEBAGAI KENDARAAN ZIONIS, SALIBIS & KAPITALISITIK, HIDUP ISLAM, BANGKITLAH RAKYAT YANG TERTINDAS, TEGAKKAN SYARIAT ISLAM YANG DISELURUH DUNIA........!!!!! Al-QUR’AN SEBAGAI BUKU BESAR PANDUAN REVOLUSI;

Al-Quran adalah sumber ilmu dan pedoman perilaku umat Islam. Kandungannya dikaji dan diamalkan oleh umat Islam.

Dalam konteks universal. Al-Quran mempunyai spirit transformasi revolusioner yang dahsyat. Ini dapat kita lihat dari bukti sejarah.

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam .
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (al-Alaq:1-5)


Inilah yang pertama kali diturunkan Allah Swt. sungguh luar biasa ayat yang diturunkan Allah swt merupakan ayat yang menyuruh kita untuk bisa mempelajari apa yang terjadi didepan kita.
Inilah hal yang penting, karena banyak kecurangan, ketidak adilan, kemungkaran, dan lain-lain tapi luput dari pandangan kita.

Islam bersumberkan al-Quran dan as-Sunnah. Al-Quran diturunkan 15 abad yang lalu mengandungi peringatan dan koreksi diri yang dalam dan kuat luar biasa serta memiliki sifat-sifat yang dinamik singkat tapi amat kuat. Peringkat awal adalah tahap tingkat kesadaran manusia dalam kenyataan eksistensinya di tengah masyarakat yang selanjutnya mengatur hubungan individu dan masyarakat serta Tuhan.

As-Syahid Sayid Qutb pernah mengatakan, "generasi pertama adalah generasi terbaik, generasi Quranik sementara Hadis adalah photostate daripada Al-Quran." Sementara tokoh-tokoh modernis yang menyerukan supaya umat Islam kembali kepada kitab Allah, tokoh-tokoh Barat pula mengkuatirkan keadaan ini.

Gladstone, bekas Perdana Menteri Inggeris berkata,: "Selagi Al-Quran berada di tangan kaum muslimin maka selama itulah penjajahan Eropah tak dapat menguasai dunia Timur."

Al-Qur’an bukanlah kitab misterius dan sulit digahami sehingga memerlukan berbagai-bagai syarat. Seandainya demikian Al-Quran tidak akan bisa berbicara kepada umat secara meluas.
Memang ada beberapa masalah yang memerlukan kita berkonsultasi langsung dengan seorang ahli. Ini berada di daerah batas kemampuan kita. Ada juga di kalangan umat Islam yang melarang penafsiran al-quran dengan akal padahal Islam menghargai akal dan meletakkannya pada posisi yang tinggi.

Al-Quran bukanlah dalil-dalil mati.
Perintah Tuhan yang pertama kepada umat
Muhammad.SAW ialah supaya membaca dan mengkaji, tapi sayang berapa banyak di antara kita yang mau mengikuti perintahnya.

Budaya tutup mulut dari semasa ke semasa semakin melembaga dalam masyarakat Islam.
Perasaan takut yang sering menghantui fikiran menyebabkan kurangnya pembedahan-pembedahan terhadap masalah-masalah baru.
Sensitif terhadap pemikiran-pemikiran baru dan menganggap tabu pemikiran lama menjadikan umat Islam statik dalam berfikir dengan tercanangnya ; "penutupan pintu ijtihad" dan berjangkitnya "Roh Taklid". Nilai-nilai Islam itu berdimensi kemarin, kini dan masa depan.
Melepaskan diri dari nilai-nilai tradisional yang negatif dan mencari nilai-nilai yang berorientasikan kepada masa depan yaitu nilai Islam itu sendiri.
Rasulullah Sang Revolusioner Agung bersabda : Aku telah meninggalkan dua perkara; jika kalian berpegang teguh pada keduanya maka kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya(HR Malik)
Muhammad SAW sebagai nabi terakhir mengentaskan manusia dari kegelapan menuju peradaban yang gemilang dan berperikemanusiaan,:”yang membacakan kepadamu ayat-ayat Allah yang menerangkan supaya........Dia mengeluarkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh dari kegelapan kepada cahaya,”(QS. At-Thalaq: 11).
Muhammad SAW sebagai Nabi revolusioner dihadapkan kepada kondisi masyarakat yang carut-marut, penindasan, perbudakan, kesenjangan sosial, masyarakat yang berperadaban pagan, penindas dan keji dan tidak berperasaan.

Meskipun Muhammad SAW hidup dan tinggal dalam masyarakat seperti itu, Ia tidak ikut larut meskipun Beliau juga manusia biasa, inilah salah satu yang membedakannya dengan orang lain, beliau selalu terjaga dari sifat tercela dan dosa.

Sikap berlunak-lunak terhadap kekafiran, kemusyrikan, kedhaliman, kebathilan, kemunkaran kini bahkan kadang-kadang dipuji sebagai bersikap moderat, dewasa, lapang dada, toleran dan bahkan diistilahkan "bil hikmah" (dengan bijaksana). "Padahal ancaman Allah SWT justru sangat berat, yaitu (siksaan) berlipat ganda di dunia dan begitu pula siksaan berlipat ganda sesudah mati dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun terhadap Kami" (Al Israa': 74-75).

”Ia (Muhammad) juga disebut sebagai Nabi Revolusioner pertama pada masa modern, karena dialah yang pertama kali melihat secara jelas pertentangan berkepanjangan antara kebijakan dan kebathilan yang ada dalam formasi sosial-ekonomi, perjuangan kelas, perlawanan antara kaum tertindas dan penindasan, tertekan dan penekan, budak dan majikan, pekerja tanah dan tuan tanah, dan antara yang kuat dengan yang lemah.” Penjelasan ini makin memperjelas bahwa misi Muhammad saw selain membawa wahyu Allah, juga membawa misi kemanusiaan universal yang bebas dari penindasan dan kezaliman.

Wahai kaum muslimin, Al-Quran adalah kitab revolusioner. Kitab ini tidak akan memberikan kejayaan bagi kita bila kita tidak mau mengamalkan isinya dan hanya sekedar sebagai penghias. Saat ini dan tidak ada waktu lagi bagi kita , maka gunakan Al-Quran untuk merebut momentum perubahan revolusioner.
Perubahan revolusioner itu tidak hanya berhenti pada diri kita tapi sampai pada tingkat Negara.
Sebab, dengan mengundang-undangkan Al Quran dan Hadist, perubahan revolusioner dalam hidup bermasyarakat akan tercipta, dengan membumi hanguskan pandangan sekuler zionis dan salibis berikut aplikasinya dan meninggikan kembali pandangan Islam berikut aplikasinya di dunia.

Bukankah itu yang kita impi-impikan? Sebuah kehidupan yang aman sentosa dengan berbagai nikmat Allah yang melimpah ruah. Tapi bisakah itu didapat ketika Islam tak lagi ditegakkan di dunia?

"Mereka Ingin Kamu Berlunak-lunak ", mengemukakan surat Al Qalam, mulai dari ayat 8 sampai ayat 16. Ayat 8 berbunyi: "Maka janganlah kamu ikuti orang-orang yangmendustakan (ayat-ayat Allah). Sedang Ayat 9 berbunyi, "Mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka bersikap lunak (pula padamu)." "Sesungguhnya kehidupan di dunia ini hanya digerakkan oleh sedikit manusia".
Buat peta tentang manusia....!!!, terutama seorang Muslim. "Dari seluruh yang ada, hanya sedikit yang sadar. Dari sedikit yang sadar itu, lebih sedikit lagi yang berdakwah.

Dari sedikit yang berdakwah, lebih sedikit lagi yang berjuang. Dan dari sedikit yang berjuang hanya sedikit yang sabar. Begitu pula dari mereka yang sedikit dalam bersabar itu, lebih sedikit lagi yang sampai akhir perjalanan".



Kompilasi dari: http://tegakluruskelangit.blogspot.com/

Posting Komentar