KENDATI Barat mampu meraih kemajuan di bidang sains dan teknologi, namun ia kehilangan sesuatu yang paling berharga, yakni “kemanusiaan”. Kemanusiaan menjadi barang yang sangat langka di sana. Dunia Barat, di samping ruhnya telah terkoyak, moralitasnya pun telah tercemari kriminalitas, narkoba, penyaderaan, pemerkosaan, kelainan seks, dan keputusasaan yang menyebabkan maraknya kasus bunuh diri.
Beberapa waktu lalu, sebagian gereja di negara Barat dan Eropa, sempat menjadi headline di surat kabar dunia. Berita ini menyebabkan terjadinya keregangan dalam tubuh Pelayan Gereja. Lembaga Kegerejaan di Roma sampai terlibat kerusuhan dan gaduh untuk menyelamatkan eksistensinya. Pendek kata, ini merupakan krisis yang mengandung banyak unsur; mulai dari kepastian, bahwa akidah yang sekarang bukanlah legitimasi wahyu (tidak turun dari langit), penderitaan tokoh-tokoh gereja (larangan pernikahan) yang menyebabkan adanya garis keturunan yang kacau dari pasangan-pasangan pelaku homoseksual dan lesbian, serta menjangkitnya penyakit AIDS di kalangan mereka, ditambah lagi dengan krisis kepatuhan, meragukan kejujuran Paus dan infabilitasnya dari dosa, penolakan terhadap konsep Persatuan Gereja, menolak cara pengakuan dosa, perjamuan suci, misa mingguan khususnya dalam bahasa Latin, menolak opini Juru Selamat dan Dosa Adam, serta penolakan pembaptisan.
Lucunya, Paus Yohanes Paulus II sebagai “utusan” Vatikan dibarengi Amerika Serikat (tentu saja!), ingin mengembalikan dunia pada satu agama. Agama yang jelas-jelas telah koyak di mata pengikutnya. Dana dan upaya mereka kerahkan, segala cara mereka keluarkan, baik yang nyata maupun rahasia, yang halal maupun yang haram, tuduhan terorisme, memojokkan, bahkan menekan para presiden dan negara enggan menjadi pengikutnya. Tak diragukan lagi, besarnya rasa kebanggaan diri yang dimiliki Barat berpijak di atas kepalsuan dan pemutarbalikan fakta.
Tulisan yang dibuat Muslimah kelahiran Alexandria 70 tahun silam ini, merupakan sebuah studi analisis singkat terhadap Surat Apostolik terakhir yang dipublikasikan oleh Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1993. Isinya mengenai niat Sang Paus untuk merealisasikan sasaran jangka panjangnya sejak tahun 1982, yang ia simpulkan dalam satu istilah Kembali mengkristenkan dunia, seolah-olah dunia seluruhnya pernah memeluk satu agama saja, sehingga Paus merasa wajib melontarkan teriakan Gerakan Salib tersebut.
Ditulis dengan ukuran tulisan yang cukup besar, dengan ukuran buku yang cukup besar pula, dan isi yang tak kalah “besar”, buku ini layak dikonsumsi oleh Anda yang ingin mengetahui perangkap apa yang sedang dipasang musuh-musuh Islam, yang putus asa dengan krisis dua dimensinya (double crisis), yakni kebangkrutan peradaban dan kebangkrutan agama. Waspadalah!
Harga:Rp.29.000,-+ongkos kirim sesuai tarif pos "kilat khusus",klik di: http://www.posindonesia.co.id/tarif_skh.php , dr Jakarta Timur & transfer ke rek: BCA No: 6310141249. Konfirmasi hp no: 0811841321. Dan jika anda membutuhkan informasi buku-buku lain & selanjutnya klik pada “posting lama” pd sudut kanan bawah...! atau dapat melalui chat via YM, silahkan klik ikon YM dibawah ini:
Posting Komentar