Minggu, 25 Januari 2009

KRISTEN TETAP BELA ISRAEL




Di tengah kecaman dunia terhadap aksi pembantaian massal Israel, Pendeta Hans Jefferson, justru “membela” Israel
Namanya tak terlalu popular dibandingkan Pendeta Abraham Alex Tanuseputra, pendiri Gereja Bethany Family. Atau Pdt. Dr. Stephen Tong, Ketua Sinode GRII. Tapi pernyataanya kali ini akan membuatnya terkenal dan dikenang. Namanya Pendeta Hans Jefferson. Di tengah kecaman dunia atas aksi melawan kemanusian yang dilakukan Israel kepada warga Gaza, pengkhotbah yang juga Pimpinan Yayasan Kasih Untuk Bangsa ini justru memberikan pernyataan tak simpatik. Dalam sebuah wawancara dengan Radio Nederland Wereldomroep, ia mengatakan, apa yang dilakukan Israel bukanlah penjajahan.

“Jadi kalau orang bilang Israel mencaplok tanah Arab, tanah Palestina 14 Mei 1948, orang itu tidak tahu sejarah,” ujarnya. “Israel bukan merdeka karena Israel tidak pernah dijajah. Israel kembali ke tanahnya 14 Mei 1948 untuk memberikan negara Israel dalam konteks pemerintahan dunia hari ini,” demikian katanya. Ada juga yang tak kalah menarik dalam pernyataannya. “Secara batin, umat Kristen di seluruh dunia pasti berdoa buat Israel,” ujarnya. Tapi, ini bukanlah suara mayoritas kaum Kristiani Indonesia. Berikut petikan wawancaranya dengan Radio Nederland Wereldomroep (RNW)



Muhammadiyah juga mendesak Perserikatan Bangsa Bangsa untuk memberlakukan sanksi terhadap Israel karena telah melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan?


Ini perang. Kita tidak membenarkan suatu bangsa dibunuh oleh bangsa yang lain. Tetapi kalau bangsa saling menyerang, ini kan perang namanya.

Lalu kalau melihat umat Kristen di Indonesia, mereka pada umumnya bagaimana posisinya? Mengapa mereka tidak berdemonstrasi menentang kekerasan Israel?

Ya, prinsipnya begini. Kita harus bertindak cerdas di tengah situasi yang seperti ini. Karena sudah terjadi demonstrasi di mana-mana. Lalu kalau umat Kristen itu melakukan demonstrasi, maka itu kan namanya counter demonstration.

Itu kita akan menimbulkan masalah sendiri dalam negeri. Sedangkan kita melihat gelombang anti Israel, anti Amerika, anti dunia Barat itu luar biasa sekarang. Jadi kalau kita melakukan demonstrasi, itu berarti kita akan memindahkan Jalur Gaza ke Indonesia jadinya.

Lalu yang kedua, cara Kristen bukan seperti itu. Lebih baik kita menyikapi perang ini dengan cara yang lain. Kita mobilisasi gereja untuk berdoa, mobilisasi umat untuk melihat masalah ini secara sejarah tetapi juga secara fakta yang sebenarnya terjadi. Lalu kita melakukan apa yang bisa kita lakukan, yaitu meredam.

Sebenarnya juga banyak yang mau demo, yang membuat statement garis keras Kristen juga ada. Karena secara akar iman dapat dipastikan bawha iman Kristen tidak bisa dipisahkan dari bangsa Yahudi.

Jadi secara batin, umat Kristen di seluruh dunia pasti berdoa buat Israel. Tapi di pihak lain juga tidak menghendaki Israel "membantai bangsa lain". Ini perang sebenarnya.

Sekarang juga banyak pendeta yang memimpin perjalanan ke Israel. Dan juga ada pendeta-pendeta yang secara terbuka mendukung pemulihan Israel. Bukankah ini secara politik, mereka mendukung keberadaan Israel?

Tidak secara politik. Tapi secara iman. Saya sendiri baru dari Israel. Jadi bukan secara politis. Pernyataan bahwa berdoa buat Israel, berdoa untuk pemulihan Israel, itu secara iman. Karena kita punya akar iman yang sama.

Kita mempercayai separuh Alkitab itu sama. Kita punya Taurat yang sama. Tauratnya Israel Tauratnya kita juga. Perjanjian lama maksud saya. Jadi secara iman itu kita punya akar yang sama.

Yesus Kristus lahir dari bangsa Yahudi. Semua tempat suci Kristen, itu di Yerusalem, di Israel. Jadi dari sisi iman, dari sisi rohani, kita harus berdoa untuk Israel, karena ini secara internal Kristen bahwa Mazmur 122, yang berdoa bagi kesejahteraan Israel dan Yerusalem, maka diberkati. Siapa yang memberkati Israel diberkati. Itu Firman Tuhan.

Selama ini Israel dipandang sebagai Tanah Perjanjian bagi umat Kristen di Indonesia. Apakah sudah saatnya itu diubah pandangan seperti itu?

Tidak ada satu kekuatan pun di dunia ini, apalagi dari pihak internal Kristen yang mengobah pandangan bahwa Kanaan atau Israel sekarang adalah bukan Tanah Perjanjian. Yang disebut Tanah Perjanjian karena Kejadian pasal 12, Tuhan, Jahweh Elohim berjanji kepada Abraham untuk memberikan tanah itu kepada keturunannya. Dan tanah itu digenapi oleh Tuhan, Jahweh Elohim, disembah oleh Abraham, Ishak dan Yakob pada jaman Musa keluar dari Mesir dengan umat Israel sampai di gunung Nebo dan Yosua melanjutkan kepemimpinan dan menguasai tanah itu.

Jadi Israel bukan memiliki tanah itu baru 14 Mei 1948. Bukan. Tanah perjanjian itu sudah dimiliki Israel dari jaman Nabi Musa. Bukan baru sekarang. Jadi kalau orang bilang Israel mencaplok tanah Arab, tanah Palestina 14 Mei 1948, orang itu tidak tahu sejarah. Kalau dia tahu sejarah, tanah itu sudah menjadi milik Israel dari zaman Musa. Tidak ada yang bisa merubah itu. Sampai kapan pun juga.

Hanya Tuhan pakai Amerika, pakai Inggris, pakai PBB untuk mengembalikan Israel ke Tanah Perjanjian 14 Mei 1948. Dan ingat, Israel bukan merdeka karena Israel tidak pernah dijajah. Israel kembali ke tanahnya 14 Mei 1948 untuk memberikan negara Israel dalam konteks pemerintahan dunia hari ini. Kalau dulu kan kerajaan.

Jadi Israel kembali ke kampungnya, bukan mengambil tanahnya orang Palestina. Bukan. [www.hidayatullah.com]

Posting Komentar