Selasa, 27 Januari 2009

JIKA ISRAEL ”AMERIKA” JADI MENYERANG IRAN


Hari-hari ini, Amerika sedang menyiapkan sebuah perang terbuka, melawan Iran, sebuah negara yang menganggap dirinya macan meski di mata Amerika dia tak lebih dari makelar terorisme dan biang segala kekacauan di Timur Tengah. Siapa yang harus kita bela? Siapa yang namanya bakal masuk dalam catatan kaki sejarah-sebagai pecundang ? Adakah Iran akan bernasib sepeti Yordania, negara berdaulat di Teluk, yang setiap harinya harus menyiapkan makanan dan menyemir sepatu tetamunya: puluhan ribu serdadu Amerika? Atau Irak, yang setelah jatuh dalam cengkraman Amerika, terputus dari orbit kemakmuran dan bergelimangan darah setiap hari? Atau justru Amerika yang kuda-kudanya bakal goyah, terduduk di kaki sendiri terhapus dari horizon sejarah? Mungkinkah ketegangan ini adalah pemicu awal terjadinya Perang Dunia III? Tak ada yang bisa memastikan, saat ini. Pun tak ada jawaban instan.

Tapi dari Timur Tengah, urat leher kemakmuran dan arogansi Amerika, kita bisa meraba sesuatu, mencari pijakan terkuat melihat masa depan yang derkat itu. Mari kita tengok bersama-sama...

Pemberitaan yang ada di stasiun televisi saat ini sedang marak di”hiasi” oleh pemberitaan invasi Israel ke Jalur Gaza. Mulai dari video serangan udara, video serangan darat dan laut, korban-korban tewas, pengungsi, dan juga siaran dari saluran televisi Al-Jazeera.

Satu bulan agresi yang dilancarkan Israel telah merenggut ribuan nyawa penduduk sipil baik laki-laki maupun perempuan. Kejadian ini mengingatkan pada tragedi Holocaust (ada atau tidak ya…?). Yang saat itu menjadi korban adalah kaum Yahudi.
Apakah serangan Israel (yang notabenenya negara Yahudi) ke Jalur Gaza merupakan bentuk balas dendam?

"Setiap serangan ke Iran akan merupakan starting poin (titik permulaan) yang mana titik akhirnya tidak ada yang mengetahui, yaitu mereka boleh memulai tapi tidak akan ada yang dapat menentukan kapan peperangan itu berakhir."
"Peperangan ini merupakan peperangan yang tidak akan memiliki batasan geografis, karena dianya akan berkembang dan membesar secara otomatis."

Operasi Opera yang digelar Israel tahun 1981 menjadi legenda dan dinyatakan sebagai mitos kemenangan serangan udara lintas negara bagi Israel. Serangan yang bermula dari Etzion (pusat AU Israel) dengan melintasi udara Yordania dan Saudia telah dianggap Israel sebagai kemenangan besar karena berhasil menghacurkan reactor nuklir Iraq. Reactor nuklir Osiraq hancur luluh. Operasi ini dimitoskan dalam oleh Rodger W Clair dalam novel fiksinya Raid on the Sun. Karena operasi ini juga Israel mendapat kecaman dari PBB. Menachem Begin tidak menggubris, karena menurutnya Iraq lebih baik tidak memiliki reactor nuklir karena akan menjadi potensi negative bagi negaranya.

Dengan mitos ini Israel sekarang sedang berfikir untuk menyerang Republik Islam di Iran. Minimal mereka memiliki alasan yang yang sama, yaitu melihat adanya potensi negative bagi negaranya.

Dan hal ini tentunya merupakan hal yang sangat serius bagi negara seperti Israel. Untuk membuat “mitos” baru mereka mencoba kembali kekuatan AU nya di lautan meditarian dalm satu manofer militer besar, kalau tidak hendak dikatakan manofer AU terbesar yang pernah dilakukan Israel.

Sekalipun Israel tidak secara langsung menyertakan bahwa manufer itu untuk persiapan penyerangan ke reactor nuklir Iran, tapi Amerika telah bertindak sebagai cubir Israel yan menjelaskan tujuan manufer tersebut.


Perlu dilihat adanya beberapa hal yang sangat mendasar terhadap rencana ini.

I. Israel mempersiapkan serangan ini dengan harapan akan dapat menyerang reactor nuklir Iran dalam waktu yang seminim mungkin dengan target semaksimal mungkin.
Untuk itu mereka mempersiapkan armada AU sedemikian besar, karena target yang hendak diserang tidak semuanya diperbatasan Iran, seperti reactor nuklir Bushehr didekat perbatasan Iran – Iraq, atau ditepi teluk Parsia menghadap kebeberapa negara Arab. Tapi reactor Nataz berada ditengah-tengah Iran, sehingga untuk menyerangnya Israel memerlukan skwadron yang tangguh untuk menempus kekuatan militer Iran.

II. Israel masih berharap dengan greenlight (baca lampu hijau) Amerika dalam serangan ini, malah kalau bisa serangan ini dibantu secara langsung oleh kekuatan militer Amerika yang sudah sejak beberapa lama bercokol di Afganistan dan Iraq serta negara-negara Arab lainnya. Berbeda dengan serangan ke Tammuz 1 (nama lain dari Osiraq), dimana pada masa itu para ahli militer Amerika sudah ada di Iraq dalam rangka “membantu” Iraq menghadapi Iran, sehingga dari merekalah informasi detail didapat tentang keadaan di dalam negeri Iraq didapat, sehingga pasukan Iraq tidak dapat melakukan tindakan secara maksimal serangan tersebut.

III. Iraq pada masa itu sedang menghadapi Iran, jadi secara maksimal pasukan terfokus pada serangan yang datang dari Iran. Iraq tidak dapat membayangkan bahwa serangan itu datang dari arah negara negara Arab yang mereka percayai. Jadi serangan datang dari arah yang tidak mereka perkirakan sebagai arah serangan, karena menurut Iraq arah itu adalah arah aman, yang secara militer tidak dijaga secara maksimal.

IV. Pada hakikatnya reactor ini sudah non aktif, karena Iran telah menghancurkannya setahun (30 September 1980) sebelum terjadinya Operasi Opera, sehingga memang reactor ini cenderung sudah non aktif. Dan sudah tidak menjadi tumpuan yang harus dipertahankan secara maksimal oleh militer Iraq. Jadi tidak heran dimana serangan –yang dimitoskan ini- "tidak" membawa membawa korban jiwa (korban yang jatuh hanya 11 orang, 10 tentara Iraqi dan seorang peneliti Perancis yang ternyata adalah anggota Mosad, Damien Chaussapied).
Padahal reactor hasil kerja sama dengan Perancis ini terbilang reactor nuklir yang cukup besar. Sehingga serangan yang seperti ini tidak mungkin hanya mengakibatkan korban sedikit itu.

V. Israel menggunakan kesempatan terbaiknya dari situasi yang ada pada Iraq pada masa itu, dengan informasi intelejen yang cukup memenuhi syarat untuk satu operasi militer. Kita msih ingat bahwa pada perang Iraq-Iran semua satelit intelejen Amerika memfokuskan aktifitasnya di atas diatas ruang orbit kedua Negara itu. jadi tidak mustahil (baca:pasti) bahwa serangan Israel pun menggunakan service satelit Amerika dan intelejen Amerika yang sedang bekerja untuk Iraq melawan Iran pada masa itu.


Pada sisi lain, keberada Republik Islam Iran sekarang tidak akan dapat disamakan dengan keadaannya sekitar 25 tahun lalu. Iran Islami sudah sangat dewasa dengan pengalaman militernya.
Kedewasaan ini dapat dilihat dengan posisi militer dan produk militer yang dimilikinya, lebih dari itu adanya persiapan yang matang dari iran untuk menghadapi situasi darurat yang setiap waktu boleh terjadi terhadap negaranya. Untuk Iran serangan ini merupakan serangan yang predictable (yang sudah dapat diperhitungkan) dan terus diperhitungkan.
Memang secara politis Iran selalu menyatakan bahwa serangan semacam ini tidak mungkin terjadi, karena Iran merasa yakin bahwa kalau hendak memperhitungkan satu operasi militer dengan batasan akal sehat, maka musuh Negara Islam ini tidak akan melakukan serangan apapun terhadap Iran.

Hal ini karena adanya beberapa alasan yang cukup kuat pada Republik Islam Iran, diantaranya:

I. Dengan kehadiran tentara Amerika di Afganisatan dan Iraq, militer Iran selalu dalam keadaan berjaga dan siaga. Iran tentulah melihat bahwa keberadaan musuh bebuyutannya di Iraq bukan hanya untuk menjajah Iraq saja tapi tentulah ini merupakan langkah strategis yang memiliki tujuan militer juga (selain ekonomi).
Karena hingga sekarang tidak ada yang dapat menetapkan bahwa penjajahan Amerika terhadap Iraq hanya untuk menguasai Iraq dan menutup kemungkian adanya serangan kenegara lain di teluk Parsi itu.

II. Keberadaan tentara Amerika di Bahrain, Kuwait dan Saudi Arabiya merupakan satu tanda lain untuk mendukung prediksi sebelum ini. Personal dan sejumlah peralatan perang di Negara Negara itu bukan hanya untuk dukungan logistic penjajahan Iraq, karena jumlah 140.000 personal sebenarnya tidak diperlukan didalam Negara yang dalam keadaan chaos itu. kecuali untuk alasan yang belum disebut, yaitu adanya kemungkinan serangan lain kenegara lain. Untuk itu Iran telah mempersiapkan kekuatan militernya disepanjang tapal batas dengan Negara Negara Arab ini.
Dan Iran sejak dini telah mengumumkan bahwa setiap serangan yang dilakukan oleh Amerika atau Israel ke Iran, maka mereka tidak ragu lagi akan menyerang semua pusat militer Amerika di setiap tempat di Negara Teluk.

III. Sepanjang sejarah Revolusi, iran selalu dibawah tekanan ekonomi dan militer oleh Negara Adikuasa termasuk Israel. Untuk bertahan dari setiap kemungkian yang akan terjadi, maka Iran telah bertindak mempersiapkan diri dari semua kemungkinannya, baik ekonomi dan juga militer. Iran juga termasuk Negara yang memiliki peruntukan biaya militer yang cukup besar, sebagai konsekwensinya, Iran memiliki kekuatan miter yang cukup tangguh, dengan siapapun yang hendak menceroboh negaranya, dengan catatan Iran hanya akan menggunakan semua kekuatannya itu untuk mempertahankan dirinya, dan bukan untuk mengusai negara lain.
Untuk ini, maka Iran telah memiliki sekian banyak roket yang dapat menyusup hingga ke Israel pun – tentu roket ini melebihi kekuatan Katushanya Hizbullah.

IV. Satu kaidah umum yang diberikan oleh Iran untuk musuh musuh Revolusi Islam di Iran, bahwa setiap serangan ke Iran akan merupakan starting poin (titik permulaan) yang mana titik akhirnya tidak ada yang mengetahui, yaitu mereka boleh memulai tapi tidak akan ada yang dapat menentukan kapan peperangan itu berakhir.
Untuk itu Israel boleh saja memulai, tapi jangan berfikir bahwa serangan itu hanya dapat berjalan sejauh mana yang diperkirakan mereka. Kalau mereka hendak menyerang iran dengan waktu sedikit mungkin bukanlah berarti perang akan berakhir setelah serangan itu berhenti, tapi mereka perlu membayangkan bawah serangan itu merupakan tanda mulai dari peperangan panjang, yang tidak ada yang dapat menentukan kapan akan berhenti.

V. Kesiapan moral yang dimiliki Iran tidak diragukan lagi. Kalau saja Sayid Hasan Narullah mengatakan bahwa dia bangga dengan keberadaannya dibawah Wilayatul Faqih, ini menunjukkan kesiapan moral semua yang ada dibawah Wilayatul Faqih, dan kekuatan moral ini tidak akan teratas pada batasan territorial, sehingga serangan balasanpun tidak akan terbatas pada batasan teritorial Iran, tapi semua posisi, dimanapun berada merupakan sasaran militer bagi pendukung Revolusi Islam di Iran. Bagi mereka yang mamahami keyakinan Islam, terutama dengan konsept Wilyatul Faqihnya, maka pandangan ini merupakan kelaziman dari pada satu keterikatan agamis diantara muslimin.


Untuk itu, tidak pelak lagi bahwa serangan Israel ke Iran akan menghancurkan Israel lebih dari pada apa yang dapat dilihat dari serangan Israel ke Hizbullah. Tidak ada yang dapat membayangkan betapa besar akibatnya atas bermulanya serangan Israel terhadap Iran.

Boleh jadi, dimana semua Negara Arab telah dipersenjatai Amerika untuk membentengi Israel, tapi tidak ada yang dapat memastikan bahwa serangan iran tidak sampai ke ulu hati Israel dan juga Amerika dimanapun mereka berada.
Peperangan ini merupakan peperangan yang tidak akan memiliki batasan geografis, karena dianya akan berkembang dan membesar secara otomatis.

Dalam posisi ini maka bukan Iran lagi menjadi sasaran serangan tapi setiap musuh Negara Islam ini akan menjadi sasaran dari pengikutnya.
Jadi permasalahan bukan hanya Hizbullah di Libanon, atau orang Syiah di Bahwain dan Saudi Arabia, tapi disetiap tempat dimana Israel dan Amerika ada akan menjadi sasaran serangan mereka. Jadi tidak heran kalau Al Baradei mengatakan bahwa serangan ke iran akan menjadikan bola api, tapi tidak hanya di Timur Tengah, tapi akan bermula dari Timur Tengah.

Serangan Israel ke Iran sebenarnya akan memicu berbagai kekeruhan di Timur Tengah khususnya dan dunia pada umumnya.
Tidak akan ada terkecuali. Duniapun secara efektif akan menghadapi berbagai permasalahan yang hingga kini tidak akan dapat diprediksikan secara detail.
Satu hal yang pasti dimana akibat semuanya akan bernilai negative.

Bukan hanya kehancuran infrastruktur yang diakibatkan oleh satu peperangan tapi semua hal yang akan muncul dari satu peperangan akan dihadapi oleh semua fihak, karena peperangan yang akan terjadi ada ditengah pusat gerakan dunia. Timur Tengah adalah nyawa dari kehidupan, karena produksi Timur Tengah merupakan keperluan dasar setiap Negara. Dengan memulai melakukan satu kericuhan dan kekeruhan di pusatnya maka semuanya akan terkena akibatnya, termasuk Amerika dan Israel yang akan memikul akibat fatalnya.

Apapun, sekarang suasana di Timur Tengah sudah cukup keruh. Dengan terjadinya serangan Israel ke Iran, suasana tidak akan menenangkan suasana. Iran akan mempertahankan hak bangsanya sebagaimana hak bangsa lain yang disepakati oleh PBB. Jadi sangat aneh kalau Israel yang kedaulatan negaranya tidak diakui secara aklamasi di dunia, akan bertidak sebagai polisi dunia, sekalipun dengan bantuan Amerika, karena keduanya adalah Negara yang secara structural dibawah kedaulatan organisasi dunia. Kecuali memang organisasi ini sudah tidak harus diakui lagi keberadaannya. Lebih aneh lagi, Israel yang tidak ikut dalam NPT hendak menentukan sikapnya terhadap Negara yangmemiliki komitmen dengan ketentuan NPT.


Hanya ada satu hal yang perlu dilihat, yaitu ketetapan Allah yang tertulis dalam surat Isra’ ayat 7: ”Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri, dan jika kamu bebuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi kamu sendiri, dan jika datang hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka akan memasuki masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai”

Ahmadinejad, Presiden Iran tampaknya bakal menjadi musuh besar Israel dalam usahanya merebut Palestina dan dunia. Memang gawat pasalnya bisa jadi Ahmadinejad dan Israel-lah yang akan memicu Perang Dunia III !. Mengapa ? Iran selama ini telah melakukan langkah – langkah sangat strategis dalam merebut pengaruh dunia.

Selain minyak, Iran juga mempunyai kemampuan teknologi rekayasa yang maju secara cepat. Contohnya penguasaan teknologi pengembangan uranium dari bahan bakar energi listrik sampai bom nuklir. Secara terang – terangan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad mengatakan bahwa negaranya membangun 3000 sentrifugal untuk pengayaan uranium dan mesin – mesin beroperasi penuh.


Sebelumnya Ahmadinejad berhasil menginstalasi ribuan sentrifugal di fasilitas nuklir Iran, Natanz. Sekaligus pembangkangan terhadap tuntutan internasional untuk menghentikan pengayaan uranium & nuklirnya.
Sentrifugal digunakan untuk pengayaan uranium dengan proses dapat memproduksi bahan bakar pembangkit listrik bertenaga nuklir dan senjata – senjata nuklir yang mematikan. Penyataan ini membuat Amerika dan Israel kocar – kacir.

Iran telah berhasil meluncurkan Shahab III, misil penjelajah yang memiliki daya jangkau samapi 2000 km yang mampu menjangkau seluruh wilayah Israel. Ini membuat Israel berusaha membombardir instalasi nuklir Iran yang membahayakan mereka.
Namun Iran memiliki Brigade berani mati dari kelompok pejuang muslim, brigade itu memiliki sandi Judgement Day (Hari penghakiman) yang bergerak menyerang ke Israel, Amerika dan sekutunya.

Brigade itu sudah dipilih berani mati di jalan Allah (syahid) melawan Israel dan Amerika. Apabila Israel benar – benar menyerang Iran. Iran sudah punya pelindung untuk mempertahankan instalasi nuklirnya dengan membrikade Selat Homus. Selat yang mempunyai peranan amat strategi dalam pesokan minyak dunia. Bisa dibayangkan apabila ditutup minyak dunia akan melonjak naik 3 kali lipat lebih mahal.

Bisa jadi perseturuan antara Iran dengan Israel, Amerika dan sekutunya benar – benar mendekati Judgement Day. Apabila benar, bisa jadi kiamat sudah dekat. Waullahualambishawaab….

Posting Komentar