Senin, 13 Oktober 2008

6 TAHUN BOM BALI

6 TAHUN BOM BALI

Oleh Fauzan Al-Anshari

(Aktivis Jamaah Anshorut Tauhid)

12 Oktober enam tahun silam adalah peristiwa tragis yang menimpa dua klab malam dan konsulat jendral AS di Pulau Dewata. 202 nyawa melayang: 88 warga Australia tewas mengenaskan dan sisanya dari berbagai Negara dan warga Indonesia yang sebagiannya beragama Islam. Indonesia gempar. Isu terorisme mengemuka secara tajam. Sejumlah pihak mulai menyebut kelompok-kelompok Islam berdiri di balik peledakan bom tersebut.

Mencari Pelaku

Tiba-tiba muncul rumor pelakunya berinisial IS. Salah satunya dipicu oleh penemuan sebuah situs yang beralamatkan istimata.com. Di dalam web tersebut tertulis pernyataan sebagai berikut:

“Dengan ini kami menyatakan bertanggungjawab atas BOM SYAHID yang terjadi di Jalan Legian,Kuta,Bali pada Hari Sabtu Malam Minggu 12 Oktober 2002 dan di sekitar kedutaan A.S di jalan Hayam Wuruk, Denpasar,Bali pada malam yang sama.

Tuntutan kami:

1. Selagi Yahudi dan Nasrani tidak keluar dari Masjidil Haram dan Masjidil Aqsa, selama itulah kalian tidak akan merasa aman dari serangan-serangan kami di manapun berada.

2. Selagi pasukan Ahzab (Salibis Internasional dan sekutunya: Amerika, Inggris, Jerman,Australia, Perancis, Belanda, Italia, Jepang Swedia dan lainnya) tidak keluar dari Afghan maka selama itu korban dari negara-negara kalian di manapun berada akan terus berjatuhan.

3. Selagi saudara-saudara kami yang kalian anggap terrorist dan kalian siksa dalam penjara-penjara kalian,terutama di Guantanamo selama itu pula warga dari negara-negara kalian akan merasakan hal yang sama.

4. Khusus untuk kalian WNI yang bekerja di BIN di bawah ketiak CIA, jika anda seorang Muslim, bertaubatlah, carilah pekerjaan lain yang halal yang tidak menyakiti dan menimbulkan kerusakan pada kaum Muslimin, selama anda memata-matai kaum Muslimin dan bekerja untuk kafir Amerika yang menyebarkan fitnah di kalangan kaum Muslimin, kami tidak akan segan-segan memperlakukan kalian sebagaimana perlakuan kami terhadap tuan kalian , Amerika penjajah dan biang terrorist dunia.

Kuta, 12-10-02

Katibatul Istimata Al-Alamiyah

(Batalyon Berani Mati Internasional)

Komandan

Abul Istimata

Apakah benar IS pelakunya? Dalam sebuah wawancara eksklusif yang dimuat dalam situs arrahmah.com mengutip JihadMagz Edisi II / Wawancara Eksklusif Selasa 29 Jul 08, 03:50 PM tertulis demikian:

JM: Masih tentang Bom Bali, apakah betul bahwa yang Ustadz rencanakan dan lakukan hanya bom di Sari Club saja, sedangkan yang di Paddys Café Ustadz tidak bertanggung jawab. Lalu siapa yang melakukan aksi tersebut ?

IS: Jadi begini ya, itu sebetulnya tidak perlu saya jawab. Karena biarlah yang sudah beredar di masyarakat itulah yang terjadi. Biar masyarakat menilai sendiri. Begitu. Sebab, sekarang ini kalau saya bicara, diplintirkan oleh media.

Membaca kedua statemen di atas saya belum yakin seratus persen bahwa pelaku utama Bom Bali I khususnya di Sari Club adalah Imam Samudera, Amrozi, dan Muklas. Mari kita perhatikan analisa ahli bom dan investigator independen yang bermukim di Australia punya pendapat yang berbeda, Joe Vialls. Menurut hasil investigasi dan analisanya, bom yang meledak di Bali itu lebih dari C-4. Menurutnya, C-4 itu hanya hebat di film-film Hollywood yang dibintangi Sylvester Stallone atau Bruce Willis. C-4 itu sebenarnya hanya lebih baik dari TNT. C-4 yang standar terbuat dari 91% RDX dan 9% Polyisobotciser dan daya ledaknya 1,2 kali lebih baik dari TNT. Yang pasti kata Joe Vialls: "Skenario bom C-4 tak bisa menjelaskan mengapa bom Bali menimbulkan cendawan panas dan kawah yang cukup besar. Adanya cahaya dan cendawan panas setelah lumpuhnya aliran listrik serta munculnya kawah, bisa menjadi indikasi yang spesifik dari hadirnya senjata micronuclear. Sejumlah kalangan mempertanyakan tidak adanya radiasi sinar gamma dalam kasus tersebut. Karena radiasi gamma dan neutron tidak terdeteksi, mereka menyimpulkan tak mungkin ada mikronuklir di Bali. Sanggahan itu sekilas masuk akal, tapi sebenarnya menunjukkan kurangnya wawasan akan khasanah senjata nuklir.

Nuklir konvensional memang selalu menghasilkan radiasi radio aktif, sementara yang dipakai di Bali adalah mikronuklir non konvensional yang disebut SDAM (Special Demolition Atomic Munition). Dilengkapi reflector neutron, mikronuklir ini didesain sedemikian rupa hingga tidak sampai menghasilkan sinar gamma dan neutron yang gampang disidik oleh alat Geiger Counter, limbah yang dihasilkan SDAM itu berupa awan panas dan sedikit sinar alpha. Maka jika mendeteksi radiasi mikronuklir SDAM dengan menggunakan alat itu jelas salah alamat, pasti tak akan terukur adanya radiasi gamma dan neutron, kecuali memang di TKP terdapat bahan radioaktif Uranium. Sedangkan bahan yang dipakai untuk membuat SDAM umumnya adalah Uranium 238 dan Plutonium 239. SDAM tidak meninggalkan jejak radiasi neutron dan atau sinar gamma, hanya menghasilkan panas dan sedikit pertikel alpha. Partikel itu tersedia dalam jumlah amat sedikit, sekitar satu partikel dalam radius dua meter. Itu pun bisa hilang atau tidak terdeteksi setelah TKP kena hujan, atau partikel terhirup oleh para korban yang telah dievakuasi dan diabukan di Australia. Persoalannya, para petugas kepolisian sudah kehilangan momen dan kesempatan untuk menjejak partikel alpha yang menjadi ciri khasnya.

Kapten Rodney Cox, seorang tentara Australia mengomentari kejadian meledaknya bom Bali. Dia menyaksikan langsung dahsyatnya bom tersebut, karena berada di dekat TKP, katanya: “Saya pernah mengikuti kursus Demosili, tapi tak pernah menyaksikan efek ledakan yang begitu hebat". Kesaksiannya yang cukup detail itu mengundang analisis lebih jauh terhadap identitas bom Bali. “Pernyataan listrik mati sebelum adanya kilatan cahaya pra ledakan telah menjadi petunjuk kuat dan tak terbantahkan, bahwa masa kritis dari suatu senjata mikronuklir telah tercapai“ kata Joe Vialls. Bom kecil di Paddy’s Bar hanya menimbulkan kerusakan lokal, 10 detik kemudian meledaklah bom ke-2 di Sari Club yang sangat dahsyat, menyebabkan seluruh aliran dan jaringan listrik di kota saat itu lumpuh total oleh pengaruh gelombang elektromagnetik SREMP (Source Region Electromagnetic Pulsa) yang dipancarkan mikronuklir pada titik kritisnya. Pulsa Elektromagnetik itu merambat melalui semua medium pada kecepatan cahaya (300.000 km/jam). Karena itu Kapten Cox menyatakan, bahwa listrik mati sebelum dia menyaksikan semburan api dan awan panas di atas permukaan jalan. Laporan yang disusun oleh Kapten Jonathan Garland, wartawan koran resmi Angkatan Bersenjata Australia itu rupanya telah membuat keki dan blingsatan pemerintah dan petinggi militer Australia. Mereka khawatir kesaksian itu akan menjadi blunder bagi Australia di masa depan, maka dengan memo seorang menteri, laporan dan kesaksian penting itu kemudian dihapus dari situs ARMY.

Kepala Staf TNI Angkatan Bersenjata (KSAD) Jenderal Ryamizard Riyacudu (kini pensiun) mengatakan: “Saya yakin bahwa bom yang meledak di Bali adalah buatan luar negeri, dan bukan buatan orang Indonesia. Bom yang begitu dahsyat seperti itu tidak mungkin produk dalam negeri, itu pasti produk luar negeri”, ujarnya usai memberikan pengarahan kepada prajurit Kopassus Grup 2 dan Brigif 413 Kostrad di Markas Kopassus Grup 2 Kandang Menjangan Solo (12/11/02). Menurut Ryamizard, ”Indonesia sampai saat ini belum mampu membuat bom Atom, bom Napalm, Mikronuklir atau sejenisnya. Tapi kalau ada orang kita yang disuruh saya tidak tahu, serahkan saja pada polisi. Tapi saya yakin ada orang luar yang terlibat,” jelasnya.

Eksekusi

Vonis mati telah dijatuhkan kepada ketiganya. Mereka pun telah siap dieksekusi kapan saja dengan cara apa pun. Namun mereka mengingatkan kepada para eksekutornya agar bersiap-siap menerima kutukan dari Allah swt. Seperti matinya hakim yang memvonis mati mereka secara mendadak dan dipermalukannya jaksa Urip yang menuntut hukuman mati terhadap mereka. Kutukan itu akan terjadi karena para eksekutor tersebut dinilai telah melakukan kezaliman, yaitu memikulkan semua tanggungjawab akibat bom Bali tersebut kepada mereka bertiga tanpa mau melakukan penyelidikan dan penyidikan yang mendalam. Sampai detik ini polisi tidak melakukan rekonstruksi atas 1 ton karbit (potasium chlorat) yang dibawa Amrozi yang dituduhkan sebagai bahan utama peledakan tersebut. Padahal, Joe Vialls mengatakan, hanya orang ’pure idiocy’ yang mengatakan bom Bali I bahannya dari karbit! Wallahu a’lam.

Diterima via e-mail

Posting Komentar