Minggu, 14 September 2008

MENGAKU MISSIONARIS ASAL BALIGE

Katanya Mie instan yang diberikannya sudah dimantera agar para santri bisa takluk menuruti perintahnya. Saat tidur di mushalla pesantren, IM selalu mencakar lantai seperti harimau.

Dikutip dari harian Waspada di Medan

IM (33) yang mengaku missionaris utusan salah satu rumah ibadah terbesar di Balige diamankan dan diperiksa Sat Intelkam Poltabes Medan dari kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumut Jln. Sutomo Medan, 8 Agustus lalu.

Secara terpisah, Humas Gerakan Umat Islam Sumut, Aidil Mubarak, kepada wartawan mengatakan, kejadiannya berawal Juli 2008, IM datang ke Masjid Nurul Islam di Jln Karya Medan. Di masjid tersebut ia bertemu dengan Ustadz Mukhlis selaku sekretaris FPI Sumut. IM mengaku lari dari keluarganya di Balige karena ingin masuk Islam. Kemudian atas permintaan IM, Ustadz Mukhlis memasukkan pria asal Balige tersebut ke agama Islam. IM awalnya mengaku beragama Kristen.

Setelah masuk Islam, Mukhlis memasukannya kerja di salah satu perusahaan di Medan dengan gaji Rp1,5 juta sebulan. Namun IM tidak mau dan ingin masuk pesantren dengan alasan mencari ilmu agama Islam. Mendengar itu, Mukhlis memasukannya ke pesantren di Medan tetapi IM menolak dan minta untuk masuk pesantren di Aceh.

Kemudian Mukhlis menyerahkan IM dibawa oleh Ustadz Sirajudin Sagala selaku pembimbing IM, akhirnya pria Balige itu dikirim ke Aceh dan dimasukkan ke Pesantren Al Mansyuriah di Aceh Singkel. Di pesantren tersebut, ternyata IM tidak mau shalat dan mengajarkan kepada sebagian murid pesantren untuk makan daging babi, anjing dan otak monyet dengan alasan agar pintar.

Kemudian murid yang diajari IM menceritakan hal itu kepada pengurus pesantren. Pihak pesantren melakukan pengintaian. Ternyata diketahui, IM di kamarnya masih menyembah simbol agama yang dipeluk sebelumnya. Mendapat laporan tersebut, Sirajudin langsung datang ke pesantren dan membawa IM ke Medan pada Kamis (7/8). Kemudian, IM diinterogasi di kantor MUI Sumut. Menurut Sirajudin, dalam pengakuannya IM disuruh kelompoknya untuk mengajak umat Islam masuk Kristen dengan imbalan Rp5 juta setiap orang yang masuk Kristen.

Menurut pengakuan IM, dirinya baru menjalankan missinya 6 bulan di Medan dengan sasaran umat Islam yang kesulitan ekonomi. Pendekatan yang dilakukan dengan cara berpura-pura sebagai orang yang bisa membantu kesulitan keuangan. Bila seseorang membutuhkan dana, IM akan mengontak seorang tokoh agama di Balige untuk memberikan bantuan, sehingga seseorang itu bisa terikat dengan tokoh agama itu.

IM mengaku sempat dua kali masuk Islam ketika berada di Medan, melalui Ka KUA Medan Barat dan Ka KUA Medan Perjuangan. Namun, naas ketika dirinya diunggsikan untuk dididik di Pesantren Al Mansyuriah Aceh Singkil ketahuan memiliki missi untuk memurtadkan umat Islam.

Di pesantren itu, IM sempat tinggal beberapa hari guna diberi pendidikan agama. Dia berupaya menaklukkan para santri dengan cara hipnotis yakni memberi makanan mie instan yang dibelinya dari kedai dan dimasaknya sendiri. Setelah memakan mie instan tersebut para santri ketika tidur menyebut-nyebut nama IM sehingga membuat suasana pesantren menjadi ricuh.

IM mengakui mie instan yang diberikannya sudah dimantera agar para santri bisa takluk dan menuruti perintahnya. Para pengurus pesantren selama ini mengetahui adanya gejala tidak baik dari IM. Hal itu terlihat ketika mendengar suara azan selalu menutup kupingnya, dan ketika shalat dengan ayat-ayat panjang, IM terlihat jengkel, sehingga meremas tutup kepala yang dikenakannya. Dan begitu juga ketika tidur di mushalla pesantren, IM selalu mencakar lantai seperti harimau.

Menurut pengakuannya, dirinya punya kontrak dengan pihak rumah ibadah di Balige tersebut setelah ayahnya yang dipecat dari kepolisian menerima pinjaman Rp10 juta dari pihak tokoh agama yang ada di Balige.

IM mengakui bila dirinya berhasil memurtadkan 5 orang umat Islam, akan diberi Rp5 juta, rumah, dan bahkan mobil. Sedangkan dana selama menjalankan missinya di Medan hanya Rp200 ribu.

Selama di Medan, IM mengaku tinggal di salah satu rumah ibadah di Jln MT Haryono yang ada hubungan dengan rumah ibadah di Balige. Katanya, rumah ibadah di Balige memiliki hubungan kuat dengan rumah ibadah di Italia sebagai pendana. Pihak rumah ibadah di Balige telah mengutus 5 orang missionarisnya di berbagai daerah air seperti di Padang, Tebing Tinggi, Lampung, dan Jambi.

Menurut IM, di Medan yang menjadi sarasan misionaris adalah kampus USU, UMA dan kampus Harapan, rumah sakit Adam Malik, rumah sakit Pirngadi Medan dan rumah sakit Elisabeth, sejumlah mall. Di rumah sakit, katanya, missionaris berupaya membantu meringankan biaya pasien yang kurang mampu.

Selama di Medan, IM mengaku belum satu orang pun yang dimurtadkannya. Namun dia mengaku ada beberapa tempat pembinaan orang yang dimurtadkan di Kota Medan yakni rumah ibadah Jln MT Haryono, salah satu rumah penduduk di kawasan Griya Martubung dekat rumah ibadah yang tak jauh dari pasar, kemudian di Lau Dendang yakni di SLB. Dan di Griya Martubung saat ini ada 5 orang murtad yang sedang dibina imannya. Menurut dia, missionaris di Medan ini bukan hanya dirinya tetapi masih ada yang lain. Mereka menggunakan cara yang berbeda untuk memurtadkan umat Islam.

(Waspada)

klik juga http://tegakluruskelangit.blogspot.com/2008/09/zionis-dan-kristen-saling-kerjasama.html

Posting Komentar