Jumat, 01 Agustus 2008

SURAT TERBUKA UNTUK BANGSA KRISTEN

Seperti halnya tentang teori evolusi Darwin, yang saat ini mulai memudar dan terbukti penuh dengan kepalsuan2...maka begitu juga halnya tentang agama kristen, yang saat ini mulai terbongkar juga kepalsuan2 dan kekaburannya..ironisnya kepalsuan dan keraguan terhadap agama kristen tersebut dilakukan oleh umat kristen sendiri.

DATA BUKU:
Judul : Surat Terbuka untuk Bangsa Kristen
Penulis : Sam Harris (Penulis The End of Faith)
Kategori Serial : Agama dan Spiritualitas
Penerjemah : Inyiak Ridwan Muzir
Editor : A. Fathoni
Cetakan : I, Agustus 2008
Ukuran : 11 x 18 cm
Tebal : 172 halaman
ISBN : 978-979-3064-62-8
Harga : Rp. 32.500,- + , (ongkos kirim), transfer ke rek: BCA No: 6310141249. Konfirmasi via YM/e-Mail : oase_bc@yahoo.co.id atau hp no: 0811841321.

*****

New York Times Bestseller

“Gagasan bahwa Yesus Kristus mati untuk menebus dosa kita dan kematiannya merupakan pengorbanan yang sukses untuk Tuhan yang ‘penuh kasih’ adalah warisan perselisihan berbau takhayul… yang menghantui orang-orang bingung sepanjang sejarah….”

Buku The End of Faith (2004) menggegerkan dunia Kristen. Protes pun menyeruak. Ribuan umat Kristiani melayangkan surat kepada penulisnya, Sam Harris. Mereka mencela dan mengecam Harris karena "menentang" ajaran Kristen.

Surat Terbuka untuk Bangsa Kristen adalah respons atas surat-surat tersebut. Di dalamnya, Harris menangkis protes yang ditujukan kepadanya. Mengupas topik-topik mutakhir terutama menyangkut relasi agama dan kekerasan, dia menyangkal dengan telak keyakinan kaum fundamentalis Kristen.

Buku kecil ini menyodorkan informasi sekaligus kritik pedas ihwal dominasi Kristen konservatif di banyak lini kehidupan publik di Amerika Serikat. Lebih dari itu, karya ini mengabarkan bahwa fundamentalisme agama tak melulu monopoli Islam. Bacalah “surat” ini, dan Anda akan paham alasan teologis di balik invasi AS ke Irak, atau Afghanistan.

*****

“Kekuatan buku ini terletak pada kejernihan tulisan dan kritiknya atas campur tangan agama dalam kebijakan publik (AS) saat ini....”
—Jean E. Barker, San Fransisco Chronicle

“Saya sangat menyarankan Anda membaca buku ini… dia tidak akan membiarkan Anda tidak berubah. Lakukanlah. Seolah-olah membacanya adalah hal terakhir yang bisa Anda kerjakan dalam hidup ini.”

Richard Dawkins, penulis buku The Selfish Gene dan The God Delusion

“Buku kecil Sam Harris yang begitu luwes ini adalah sumber amunisi yang menyegarkan dan luar biasa bagi mereka yang, seperti saya, berkata “tidak” pada agama. Namun begitu, saya tetap bersimpati pada mereka yang agak khawatir dengan gayanya yang tanpa kompromi. Bacalah dan bentuklah pandangan Anda sendiri, tapi jangan abaikan apa yang jadi pesannya.”
—Sir Roger Penrose, Profesor Emeritus Matematika, Universitas Oxford, pengarang The Road to Reality

“Membaca buku ini bagai duduk di tepi ring tinju: menyemangati jagoan seraya menyerukan kata “Yes!” setiap kali sang jagoan melancarkan pukulan jab. Bagi yang merasa tertekan dengan negara kita yang kian hari kian berusaha menyatukan gereja dan negara sembari terus mengurangi dukungannya pada ilmu pengetahuan yang akan menebarkan pengetahuan dan mengurangi kebodohan ini, buku ini layaknya pukulan yang memacu adrenalin.” —Marc Hauser, Profesor Harvard College, pengarang Moral Minds: How Nature Designed Our Sense of Right and Wrong

“Saya tidak bisa menyebutkan nama saya dalam komentar ini. Sebagai seorang pengarang yang didaulat New York Times sebagai penulis buku terlaris, karir saya bisa runtuh jika saya mengomentari dan mendukung buku yang menantang takhayul dan kefanatikan massa. Karena itulah Anda semestinya (bahkan wajib) membaca buku yang penuh amarah sekaligus jujur ini. Selama ilmu pengetahuan dan pemikiran rasional berada di bawah ancaman kesalehan mayoritas namun salah arah, bangsa (AS) kita ini berada dalam perangkap. Saya khawatir akan hal ini. Anda semestinya juga begitu. Belilah buku ini dua sekaligus: satu untukmu, dan satu lagi buat teman karibmu.”

—Tanpa nama, pengarang buku terlaris versi New York Time

“Sungguh memalukan jika tidak semua orang di negara (AS) ini mau membaca buku kecil Surat Terbuka untuk Bangsa Kristen karangan Sam Harris yang luar biasa ini. Mereka tidak seharusnya begitu, karena mereka justru wajib membacanya. Masalahnya, buku ini juga melayani berbagai gagasan yang saat ini masuk akal. Harris mengungkapkan dengan terang-terangan, dia langsung menunjuk agama-agama dunia yang didasarkan pada kisah-kisah balas dendam umat manusia. Bacalah buku ini, dan putuskan posisi apa yang akan Anda pilih di masa depan.”

—Michael S. Gazzaniga, Direktur Pusat Sage untuk Studi Pikiran, Universitas California, Santa Barbara, pengarang buku The Ethical Brain.

“Tanpa sedikit pun rasa khawatir, Sam Harris menggambarkan bahaya moral dan intelektual akibat fantasi keagamaan—sesat iman yang menciptakan penderitaan, yang merasionalisasi kekerasan, yang mengancam bangsa dan masa depan kita. Argumennya untuk moralitas, kejujurannya dan kerendahhatian ateismenya sungguh mengesankan. Semuanya ini adalah pembebasan yang diungkap secara jujur, penuh kesabaran namun sangat rasional. Sekarang, ketika masalah-masalah sudah di depan mata kita, saya hanya bisa berkata: Bacalah Surat Terbuka untuk Bangsa Kristen karya Sam Harris ini.”

—Janna Levin, Universitas Columbia, pengarang buku How the Universe Got Its Spots dan A Madman Dreams of Turing Machines

“Pertumbuhan religius dalam bentuk apa pun adalah “kecabulan yang menggelikan,” namun (seperti dalam buku Dawkins) ekses orang-orang Yahudi, Muslim, Hindu dan Sikh nyaris tak berperan dalam kritiknya terhadap iman.”

—Robert Lee Hotz, The Los Angeles Times

The End of Faith mengawali langkahnya dengan mulus dan karena itu bisa diperkirakan, karena dia mengikuti aturan-aturan dari genrenya yang tipis. Surat Terbuka untuk Bangsa Kristen, yang merupakan sebuah surat terbuka bagi orang-orang Kristen yang menulis surat sanggahan kepada Harris, jauh lebih tipis lagi. Saya termasuk orang yang punya kemampuan nyaris tak terbatas untuk melahap teks-teks ateistik, namun pasti ada batas untuk berapa kali orang akan tersandung dengan tebalnya kebodohan para mullah atau pastor.”

—James Wood, The New Republic

“Buku Harris ini juga merupakan dialog yang agak ganjil. Memang beberapa email yang dikirim kepadanya dijawab dengan argumen yang lumayan bernas. Namun karena dia gagal memberikan argumen yang telak, dia memancing terjadinya korespondensi yang tak berujung pangkal.”

—Robert Stein, New Statesmen

“Buku ini nampaknya menjadi cara yang cukup lihai baginya untuk memperoleh kesuksesan yang telah dia raih sebelumnya. Mr. Harris telah menyusun ketidaksenangannya pada agama menjadi sebentuk serangan keras dan kasar pada agama Kristen, menyebarluaskannya dalam bentuk surat terbuka. (…) Buku barunya ini bisa jadi tak lebih dari sekadar usaha untuk memuaskan dirinya sendiri, namun Mr. Harris dapat dijadikan contoh terbaik tentang cara baru ihwal bagaimana memperbincangkan masalah moralitas dan penderitaan manusia dengan kejujuran intelektual.” —Emily Bobrow, The New York Observer

“Semangat zaman tempat Mr. Harris berada bukanlah zaman abad 21, namun abad 17. Seluruh isi Letter to a Christian Nation, terkecuali sisi ateismenya, terlihat sangat nyaman berada di rak toko buku Milton di London. Seperti seorang penulis pamflet Puritan, Mr. Harris penuh rasa benci, mau benar sendiri dan menyerang pribadi. (…) Jelas tulisan jenis ini tidak dirancang untuk membujuk orang-orang yang memeluk agama Kristen untuk mengingkari keimanan mereka.” —Adam Kirsch, The New York Suni

“Kombinasi antara argumen-argumen yang tanpa ampun serta perdebatan yang sengaja dirancang untuk memprovokasi ini (…) akan semakin menyenangkan hati para pendukung Harris dan makin mendidihkan amarah para pengkritiknya. (…) Kekuatannya terletak pada kejernihan tulisan Harris, kritiknya terhadap campur tangan agama dalam kebijakan publik (AS) saat ini serta semangatnya yang menggebu-gebu untuk terus membicarakan gagasan-gagasan kontroversial, meski gagasan-gagasan ini sangat sulit didengar dan diterima orang lain. Artinya, pelecehan Harris terhadap landasan-landasan agama bisa menjadi boomerang bagi dia karena akan mendorong orang-orang Kristen moderat untuk bergabung dengan kalangan konservatif untuk melawan Harris, alih-alih mengakui poin-poin yang bisa mereka sepakati dengannya.”
—Jean E. Barker, San Fransisco Chronicle

“Semua ini adalah pernak-pernik kehidupan sehari-hari, karena orang beriman sudah pernah mendengar argumen-argumen seperti ini sebelumnya. Masalahnya, Harris nampaknya punya pandangan harfiah terhadap agama persis seperti kalangan fundamentalis. Alih-alih menyelam ke balik permukaan iman dan mempertanyakan mengapa orang makin lama makin tertarik dengan identitas religius, Harris justru cuma berkutat di nilai permukaan teks-teks religius dan pernyataan-pernyataan orang beriman. (…) Barangkali persoalan terbesar dengan argumen Harris adalah moralitas yang dianutnya justru tak jauh berbeda dari moralitas orang-orang religius keras kepala yang dia kritisi.”
—Kenan Malik, Sunday Telegraph

Posting Komentar