Selasa, 29 Juli 2008

I AM PROUD BE A TERRORIST (AKU BANGGA JADI SEORANG TERORIS)

“Dialah Yang telah mengutus seorang Rasul dengan membawa petunjuk dan Dienul Haq, agar dimenangkan atas seluruh Dien yang ada, dan Allah sebagai Saksi/walau orang-orang Musyrik membencinya”,(Qs 48 : 2 )

Pada hakekatnya seorang muslim yang berjuang atau biasa disebut Mujahid adalah teroris/ancaman bagi orang-orang musyrikin dan kafirin. Sebagaimana dicontohkan oleh seorang Muhammad bin Abdullah. Beliau sebelum diangkat menjadi Rasul mendapat gelar terpuji dari orang-orang Musyrikin Quraiys, yaitu gelar “Al-Amin”. Karena perilakunya tidak mengancam eksistensi Dien/ideologi mereka, bahkan perbuatannya banyak memberikan manfaat. Sebagaimana halnya pemindahan Hajarul Aswad yang fenomenal itu.

Namun setelah beliau mendapat tugas untuk Idzharuddin, menegakkan Dienullah di muka bumi, beliau mendapat perlakuan yang kontradiksi dengan gelar yang pernah diberikan kepada beliau. Bahkan beliau mendapat gelar baru, yaitu “Penyihir, pendusta, trouble maker”. Sehingga seorang Umar Bin Khatab sebelum masuk islam sempat terpengaruh, sampai hendak membunuh Nabi SAW. Karena Umar adalah “seorang Pembela Kebenaran versi Ideologi Jahiliyah”. Kehadiran Nabi Muhammad dengan misi barunya seakan memporak-porandakan sistem yang sedang dibangunnya. Namun dengan Rahim-Nya, Allah membukakan Hidayah bagi sang “Al-Faruq”.

Dimanapun dan kapanpun Seorang pejuang Dienul HAQ adalah seorang Teroris bagi para pembela Dienul Batil. Jadi amat heran seandainya ada tokoh2 yang mengaku Muslim merasa perlu mengklarifikasi kepada Thogut bahwa Islam bukan Teroris. Jadi apa selama ini yang mereka perjuangkan…?.


MUSLIM YG MEMFITAH MUSLIM KARENA TAKUT MATI, CINTA DUNIA & INGIN KAYA (ed)

Sungguh mengherankan mendapati banyak ‘ulama’, ketika mereka ditanya oleh berbagai chanel berita tentang pandangan mereka terhadap Al Qaidah, para ulama dan cendekiawan muslim ini berkata, mereka tidak memahami manhaj perjuangan Al Qaidah, mereka tidak mengerti metodologi Al Qaidah!!!

Apakah manhaj Al Qaidah begitu sulit dan rumitnya, sehingga bahkan para ulama muslim tidak bisa memahaminya?

Ataukah fikrah Al Qaidah itu sedemikian misterius?

Benarkah mafahim Al Qaidah sedemikian peliknya sehingga para ulama tidak mampu memahaminya secara menyeluruh?

Jika Anda bertanya pada para ulama ini, tentang visi atau fikrah atau mafahim dari berbagai harakah islam, berbagai tanzim (organisasi) atau partai islam, baik yang lama atau yang baru berdiri, yang besar atau yang kecil, organisasi yang popular ataupun yang tidak, maka menjadi satu ‘aib’ yang ‘tidak dapat diterima’ jika para ulama ini berkata “Saya tidak tahu”. Kata-kata “Saya tidak tahu” tersebut tentu akan menurunkan kredibilitas keilmuannya. Apalagi jika ulama tersebut telah terjun dan mengambil posisi dalam dunia politik (bagaimana mungkin seorang cendekia, seorang alim, seorang tokoh politik yang tentu membutuhkan popularitas, berkata “Saya tidak tahu…”)

Baiklah, kita maklumi saja beberapa ‘ulama’ ini ketika mereka berkata bahwa mereka tidak tahu dan tidak memahami fikrah Al Qaidah, atau mereka mungkin merasa tidak perlu peduli atau tidak memiliki perhatian untuk mempelajari manhaj Al Qaidah. Kita juga mungkin harus memaklumi, para ulama ini tentu memiliki alasan mereka tersendiri yang membuat mereka tidak memiliki perhatian untuk membaca atau berusaha menelaah manhaj Al Qaidah. Atas nama kebebasan individu, mereka berhak untuk melakukan itu, dan menjadi alasan yang cukup untuk menghentikan kita dari mengganggu mereka dengan bertanya soal ini.

Tetapi kemudian salah seorang ‘kibarul ulama’ berkata ketika ia ditanya oleh salah seorang wartawan tentang panji/slogan Al Qaidah, “Saya tidak begitu memperhatikan manhaj Al Qaidah tetapi jika segala sesuatu yang tengah terjadi di berbagai belahan dunia ini merupakan bagian dari rencana Al Qaidah, maka ini satu hal dan kenyataan yang buruk”. Demikian kurang lebih ia berkata.

Ini yang dikatakan oleh salah seorang ‘ulama besar’ di Iraq, dan banyak ‘ulama’ yang lain meniru kata-katanya, baik ulama di Iraq maupun di luar Iraq, sehingga kata-kata semakna ini menjadi kelaziman yang diucapkan. (Jadi mereka ini berkata “Saya tidak tahu tentang Al Qaidah”, tetapi mereka juga berkata “Al Qaidah adalah sumber segala keburukan dan kemalangan di dunia ini”. Pent)

Jika kita menerima hal ini sebagai hak dari para ‘ulama’ untuk bersikap dan menyatakan demikian, maka kita juga jadi tidak punya hak untuk menyalahkan masyarakat barat yang atas dasar ketidaktahuannya menuduh Islam sebagai agama fasisme, kebodohan, dan keterbelakangan.

Masyarakat barat ini menyatakan hal tersebut, karena mereka secara nyata memang melihat beberapa aspek keterbelakangan pada sebagian kecil masyarakat muslim migrant yang tinggal di negeri-negeri mereka (negeri barat). Sehingga mereka langsung menyimpulkan dengan timbangan ‘mayoritas yang hebat dan megah’ dengan ‘minoritas yang tersisih dan terbelakang’, tanpa berusaha mencari atau menyelidiki realitas Islam dan dasar-dasar ajarannya yang benar. Karena ketidaktahuannya itu mereka menuduh Islam dengan segala prasangka apa saja yang mereka mau!!!

Tidakkah ini dapat dipertanggungjawabkan?

Bisakah para cendekiawan dan ulama muslim itu menyalahkan masyarakat barat karena mereka telah menuduh Islam dengan segala tuduhan yang tidak beralasan itu, dan mereka menyimpulkan demikian semata berdasarkan pandangan sekilas tanpa memahami realitas yang hakiki? Dan mereka telah menggunakan analogi yang keliru tetapi mereka menganggap dirinya cukup berhak menghakimi Islam, karena mereka merasa sedemikian ‘modern’ untuk memahami Islam dan segala aspek realitasnya, karena segala ‘bahan kuliah’ tentang Islam itu tersedia luas di website-website internet… Mereka merasa cukup kapabel untuk memberikan penilaian tentang Islam tanpa mengumpulkan informasi yang valid dan menyeluruh atau mereka merasa bisa membuat penilaian setelah mengakui bahwa mereka tidak peduli dengan seluruh realitas Islam itu?!!!

(Tentu para ulama itu akan berkata, bahwa masyarakat barat tidak adil ketika mereka menuduh Islam tanpa tahu hakikat kebenaran Islam. Tentu para ulama itu juga akan berkata, bahwa masyarakat barat tidak adil ketika mereka mengakui bahwa mereka tidak memiliki cukup informasi yang benar tentang Islam tetapi mereka tetap juga menuduh Islam dengan segala tuduhan yang keliru itu. Pent.)

Jika Anda bertanya pada seorang remaja di pegunungan Himalaya, atau seorang tua di pedalaman Afrika, atau seorang pejalan kaki di jalan-jalan kota New York, tentang Al Qaidah dan apa tujuannya, mereka pasti akan merespon pertanyaan Anda dengan segera dan antusias, apakah mereka pro ataupun kontra dengan Al Qaidah, dan Anda tidak akan mendapati mereka berkata “Saya tidak tahu”, karena itu satu hal yang tidak dapat diterima! Karena kenyataannya tidak ada satupun gerakan atau organisasi yang sedemikian luas dikenal/terkenal saat ini seperti Al Qaidah, baik oleh mereka yang mendukungnya atau mereka yang kontra terhadapnya. Tetapi jika Anda bertanya pada para ‘ulama’ kita tentang Al Qaidah mereka berkata mereka tidak tahu. Sungguh satu ironi, kita bisa mengistilahkannya ‘mushibah keulamaan’.

Jika Anda bertanya pada para ‘ulama’ ini tentang teori relativitas, tentu mereka akan merespon Anda segera dan antusias entah respon itu benar atau keliru, karena dalam kebanyakan kesempatan mereka tentu tidak berani berkata “Saya tidak tahu” tentang teori yang terkenal ini.

Betapa memalukan bagi masyarakat berbudaya jika tidak tahu sedikitpun tentang teori relativitas.

Bahkan orang yang tidak berpendidikan sekalipun akan menghindari berkata “Saya tidak tahu”,lalu mengapa para ulama begitu mudah berkata “Saya tidak tahu”?

Apakah teori relativitas lebih popular dan mudah dimengerti ketimbang Al Qaidah?

Atau apakah manhaj Al Qaidah begitu rumitnya melebihi rumitnya teori relativitas?

Di antara tanda-tanda umum gerakan yang sukses dalam sejarah, ialah bahwa manhaj gerakan itu harus:

Sangat jelas

Sangat simple/sederhana

Sangat dapat diterima

Dan tujuan dari gerakan tersebut haruslah:

Tepat dan akurat

Dapat diteliti dan dieksporasi

Memenuhi harapan dari siapa saja yang mengembannya

Mengenai manhaj Al Qaidah di mana banyak orang mengklaim tidak memahaminya, maka Al Qaidah tidak memiliki manhaj yang lain selain Din Islam yang telah mengangkat status ulama itu.

Jika Komunisme mendasarkan metodologi dan manhajnya berdasarkan fikrah Marx dan Hegel, dan menjadikan pemikiran mereka ini sebagai din (agama), maka Al Qaidah menjadikan Din Islam sebagai manhajnya. Sungguh satu perbedaan seperti langit dan bumi, membandingkan antara orang yang mengambil pemikiran manusia sebagai din dengan orang yang mengambil Din Allah sebagai manhajnya.

Front peperangan melawan terorisme yang dilancarkan Rejim Pemerintah Amerika terbagi dalam tiga bagian:

1.Menyerang basis terorisme di Afghanistan dan memotong jalur bantuannya

2.Melindungi Amerika dari berbagai serangan selanjutnya

3.Memerangi pemikiran terorisme dan mengalahkannya

Dan dengan mengetahui tiga front perang ini, kita segera menyadari bahwa mereka (Amerika) akan kalah.

Mereka telah gagal di tahap pertama, karena para ‘teroris’ itu tidak memiliki satu basispun di tempat itu, yang dapat/layak dijadikan sasaran penyerangan, dan apa yang kita sebut sebagai ‘kamp pelatihan’ di Afghanistan itu lebih tepat disebut wilayah tanah tandus ketimbang sebuah kamp pelatihan.

Sementara melindungi Amerika dari serangan selanjutnya, maka itu adalah satu hal yang sulit dicapai. Dan berkurang atau tidak adanya serangan terhadap Amerika pada saat akhir-akhir ini bukan berarti serangan terhadap Amerika berhenti dilancarkan. Ini hanya masalah waktu, karena setiap misi telah ditetapkan jadualnya. Serangan 9/11 yang legendaris itu membutuhkan tidak kurang dari 5 tahun waktu untuk persiapannya. Dan sebagai sebuah rencana, maka ia sudah dicetuskan 20 tahun sebelumnya (semenjak penyerangan Libanon pada dekade 80an sebagaimana dikatakan Sheikh Usamah bin Ladin).

Sementara target untuk ‘memotong’ sumber inspirasi dan membuat Al Qaidah mati sebelum berkembang, dengan cara memerangi dan mengalahkan ideologi/fikrah ‘teroris’, maka pada hakikatnya adalah memerangi fikrah Islam.

Khusus dalam front ini, kami tidak akan terlalu terlibat dalam pertempuran, karena ini adalah medan pertempuran antara kaum ‘Neo Konservatif’ dan ideologi Globalisme mereka melawan Allah Yang Maha Perkasa, yang telah menurunkan Din Islam ini. Siapakah nanti pemenangnya? Sebuah kenyataan yang tidak memerlukan klarifikasi panjang lebar jika yang membaca ini adalah seorang muslim atau setidaknya mereka para ‘ulama’ muslim itu.

Panji/slogan Al Qaidah sangat sederhana. Ia berbunyi:

“Al Quran yang memberi petunjuk dan pedang yang memberi pertolongan”

(Seperti kata-kata Sheikhul Islam Ibnu Taimiyah, ketika mengomentari ayat 25 Surat Al Hadid, “… dan Din Islam ini ditegakkan, bersama Kitab [Al Quran] yang memberi petunjuk, dan besi [pedang] yang memberi pertolongan”)

Ini lebih komprehensif dan lebih ringan ketimbang slogan berbagai organisasi dan jamaah Islam. Dan tentu ini lebih pendek dari slogan

“Singgasana kekuasaan adalah tujuan kami

Dan Barat adalah teladan kami

Dan referendum-pemilu adalah Quran kami

Dan hidup di jalan parlemen adalah cita kami tertinggi”

Sementara tujuan Al Qaidah…

Maka ia bukanlah satu hal yang sangat pelik seperti soal logaritma

Atau soal persamaan al jabar lainnya.

Tujuan Al Qaidah sederhana dan jelas

Di antara tujuan taktisnya adalah:

“Aku bersumpah demi Allah, Yang Maha Perkasa, Yang telah menegakkan langit tanpa tiang, Amerika dan mereka yang tinggal di Amerika tidak akan pernah merasakan keamanan dan kedamaian, hingga kami merasakan keamanan dan kedamaian di Palestina, dan hingga seluruh tentara kafir dan kekuatan kafir keluar dari Bumi Suci kelahiran Nabi shallahu’alaihi wa salam”.

Allahu Akbar!

Kemuliaan hanya milik Islam

Dan keberkahan serta keselamatan semoga dicurahkan Allah atas Anda semua

Posting Komentar