Selasa, 04 November 2008

MISTERI MUSLIMAH, KEHIDUPAN LUAR BIASA MUSLIMAH AMERIKA

Category: Books

Genre: Religion & Spirituality

Author: Donna Gehrke-White

Yuko David, perempuan berjilbab keturunan Jepang-Amerika, menemukan Islam dari sebuah majalah yang dia baca di ruang tunggu seorang dokter. Ya, semudah itu. Tanpa proses rumit atau bertele-tele. Sepertinya ada cahaya Tuhan yang terpancar dari artikel tentang Islam yang dimuat majalah itu yang begitu saja menuntun Yuko untuk memeluk Islam.

Kepada Donna Gehrke-White, wartawati Miami Herald yang mewawancarai Yuko untuk sebuah feature, mualaf yang lahir dari pasangan ibu Jepang dan ayah asal Lousiana, AS, ini menuturkan: “Tentu saja ini bukan suatu kebetulan. Saya pikir, ini merupakan jawaban dari semua doa permohonan petunjuk yang saya lakukan.” Aneh, naif, atau unik? Inilah salah satu misteri muslimah Amerika yang diungkap Donna lewat buku yang aslinya berjudul The Face Behind The Veil (Citadel Press, 2007) ini.

Jurnalis yang berpengalaman lebih dari 20 tahun dan banyak meliput bidang keagamaan itu menelisik sudut-sudut relijius para muslimah di AS yang selama ini, boleh jadi, tidak diketahui banyak orang. Dan, memang, salah satu kelebihan tulisan featurized adalah daya sentuhnya yang lembut tapi justru karena itu menggugah dan mengharukan. Pembaca seakan bisa langsung mendengar suara hati penuturnya yang, mungkin, malah dianggap tidak menarik, misalnya, oleh para peneliti atau penelaah keagamaan.

Bandingkan, buku yang menampilkan wajah warna-warni 50 muslimah Amerika ini dengan, misalnya, What Went Wrong? karya Bernard Lewis yang banyak mengkaji masalah keagamaan. Buku yang diterbitkan di AS beberapa bulan setelah peristiwa 11 September 2001 (11/9) ini secara tipikal mengungkapkan karakter Islam yang keras dan akan terus berbenturan dengan Barat yang dia sebut memiliki tradisi demokrasi lebih tua.

Donna, yang juga tergugah oleh peristiwa 11/9, bukan tidak melihat kekeraasan dan kebencian Barat terhadap Islam yang sudah mengakar jauh sejak ratusan tahun lampau itu. Namun jurnalis yang mengantungi dua Penghargaan Pulitzer ini lebih tertarik menggali lebih dalam “fakta tersembunyi” yang menyebutkan makin banyak warga Amerika yang masuk Islam justru setelah peristiwa 9/11 itu. “Ribuan wanita di AS, dari berbagai suku bangsa, mengganti agama asal mereka dengan Islam. Sungguh, AS kini menjadi negara non-muslim yang memiliki penduduk muslim paling besar di dunia,” tulis Donna. Jumlah mereka sekitar lima juta jiwa.

Islam, seperti disebutkan al-Qur’an, adalah cahaya yang dipancarkan untuk siapa saja yang dikehendaki Allah, sesungguhnya bukan kebetulan ketika menyentuh nurani Yuko yang sebelumnya sama sekali tak mengenal Islam. Tapi, memang benar, perempuan yang semasa sekolah dulu menyukai The Beatles ini terguncang oleh aturan gereja tempat dia “beribadah” yang tidak mengizinkan lagi orang-orang kulit hitam mengikuti kebaktian. “Ini tidak benar. Saya benar-benar tidak bisa menerimanya. Ini bukan aturan Tuhan, tapi aturan manusia,” tutur Yuko.

Guncangan batin seperti itu juga dialami Zuly --nama lengkapnya Zulayka Y. Martinez-- perempuan Latin asal Texas, yang memutuskan masuk Islam pada bulan Ramadan, Desember 2000. Perempuan yang semasa sekolah bercita-cita menjadi biarawati ini mengaku tertarik membaca al-Qur’an yang diberikan oleh seorang teman lelaki beragama Islam yang semula dia hujat sebagai sesat.

Makin jauh membaca al-Qur’an, keimanan yang ditanamkannya sejak kecil itu makin terguncang. Dia lalu membuat pengakuan kepada pastur. “Saya ingat benar apa yang dikatakan sang pastur,” tutur Zuly. Pastur itu mengatakan: “Saya sudah membaca al-Qur’an. Saya tidak berpendapat bahwa muslim itu jahat. Namun saya jamin agama kitalah yang benar. Agama mereka sesat.”

Jawaban itu makin membuat dia penasaran, sampai akhirnya malah menemukan hubungan secara pribadi dengan Allah lewat Islam. Setelah memeluk Islam, perempuan yang bekerja sebagai tukang foto perkawinan ini mengaku makin terbuka; bergaul dengan mereka yang Nasrani maupun Yahudi. Seperti Yuko yang menikah dengan lelaki keturunan Timur Tengah, Zuly yang mendirikan perkumpulan para muslimah Hispanik dan menyelenggarakan pengajaran Islam dalam bahasa Spanyol ini menjadi istri seorang lelaki keturunan Arab yang, katanya, karena Allah.

Yuko dan Zuly, dua muslimah yang dimasukkan Donna dalam Kelompok Mualaf (The Converts) yang dia sebut paling bersemangat mengenakan busana muslimah --berkerudung, gaun panjang, dan mengenakan sarung tangan --meski banyak dicemooh bahkan dilecehkan orang-orang sekitar mereka. Empat kelompok lain, tradisional baru (The New Traditionalists), pembaur (The Blenders), tertindas (The Presecuted), dan kelompok pengubah (The Changers).

Dari kelompok tertindas, terungkap fakta yang memprihatinkan. Mereka, para muslimah, datang ke AS sebagai pengungsi dalam keadaan yang jauh lebih buruk dibanding penduduk AS yang paling miskin sekalipun. Banyak di antara mereka yang buta huruf, tanpa bekal pakaian, dan baru pertama kali mengenal listrik.

Mereka berasal dari 77 negara, sebagian di antaranya dari negara yang selama ini relatif dikenal sebagai negara muslim seperti Afganistan, Irak, dan Sudan.

Ribuan pengungsi dari tiga negara itu membanjiri daerah Phoenix, dan puluhan ribu lainnya menyesaki daerah-daerah lain, yang tentu saja membawa perubahan di berbagai kota di seluruh AS. Tujuan mereka cuma satu: tinggal menetap untuk mencari penghidupan yang lebih baik dari negara asal mereka.

Jika ditelusur lebih jauh, tentu ada berbagai problem hidup sangat serius yang memaksa mereka bermigrasi ke AS. Jika problem itu terjadi di negara muslim, bukankah para muslimah itu sebenarnya adalah korban dari kelompok yang mengatasnamakan Islam juga?

Problem-problem itulah yang mendorong para muslimah yang sudah mapan untuk mendirikan berbagai organisasi sosial keagamaan; mengurusi nasib pengungsi, hak asasi manusia, pendidikan, bantuan hukum, kesetaraan gender, dan juga biro jodoh. Kelompok muslimah inilah yang sebagian termasuk The Changers (pengubah); berpendidikan tinggi, duduk di kursi karier yang menjanjikan, dan, terlebih lagi, berpenghasilan 75.000 dolar AS per tahun.

Ada catatan bernada optimistik yang ditulis Donna: “Kenyataannya kaum muslimah cenderung lebih terdidik dibandingkan rata-rata wanita AS.” Wajah warna-warni mereka, pada saatnya kelak, bukan hanya akan mewarnai AS tapi juga dunia. “Tunggu saja dan lihat nanti,” kata mereka seperti dikutip Donna dalam epilog buku ini.



Harga: Rp.62.000,- + ongkos kirim sesuai tarif pos "kilat khusus", klik di: http://www.posindonesia.co.id/tarif_skh.php , dr Jakarta Timur & transfer ke rek: BCA No: 6310141249. Konfirmasi via chat Yahoo Messenger/id/e-Mail : oase_bc@yahoo.co.id atau hp no: 0811841321. Dan jika anda membutuhkan informasi buku-buku lain dapat melalui chat via YM, silahkan klik ikon YM dibawah ini:

Posting Komentar