Selasa, 04 November 2008

LET ME STAND ALONE (Biarkan Aku Berdiri Sendirian)

Judul Asli: Let Me Stand Alone (The Journals of Rachel Corrie)

Penulis: Rachel Corrie

Tebal: xiii+526 halaman

Penerbit: MADIA Publisher

“Mereka adalah kita. Kita adalah mereka.”

Itu adalah salah satu bagian penting dari catatan harian Rachel Corrie yang mengekspresikan penulisnya sebagai pengusung plularisme universal, cinta damai dan menolak semua bentuk kekerasan di seluruh belahan dunia.

Rachel Corrie bukan seorang senator atau pesohor Hollywood seperti Paris Hilton—kendati usianya tak jauh beda—tetapi catatan harian, aktivitasnya, puisi serta sketsanya telah menerebos batas-batas negaranya yang rigid, rasis dan superior.

Rachel Corrie adalah martil kemanusian yang tewas mengenaskan pada usia 23 tahun setelah digilas buldoser Israel buatan Amerika Serikat. Rachel Corrie tewas saat berusaha menggagalkan penghancuran sebuah rumah milik warga Palestina, 16 Maret 2003.

Ruh dan semangat Rachel Corrie telah menembus belahan dunia khususnya Rusia dan Palestina. Saat menginjakan kakinya di Rusia pada 1995, sebagai relawan kemanusiaan International Solidarity Movement (ISM), Rachel mulai merasakan Amerika Serikat yang asing.

“Amerika tak mempesonaku lagi. Ia tak mampu memikatku lagi. Ia pudar dan terlipat di pinggiran pikiranku....”

Rachel Corrie lahir di Olympia, Washington, 10 April 1979. Sejak kelas lima sekolah dasar ia sudah meneliti tentang kemiskinan dan masuk ke dalam laporan UNICEF dalam World’s Children 1989.

Pada saat SMA, ketika remaja lainnya tengah tidur pulas atau menarik mantelnya karena kedinginan, Rachel malah mengetuk hati setiap pengunjung supermarket untuk mendonasikan sebagian uang atau makanananya untuk orang miskin.

“Sekaleng makanan dari Anda, segudang manfaat bagi mereka yang kelaparan,” kata Rachel kepada setiap pengunjung supermarket. (hal xxvii).

Mengenai sikap dan kepeduliannya terhadap kemanusiaan sangat terang benderang dan terlihat dalam catatan tanggal 15 Desember 1992 atau sekitar usia 13 tahun:

“Kuingin menjadi seorang artis atau penari. Kumau mengubah dunia. Ku tak ingin gunakan obat-obatan. Bisa saja kutenggak alkohol sebelum cukup usia, tapi aku tak pernah merencanakannya. Kupercaya, jati diri didapat melalui proses, bukan melaui narkoba.”

Atau dalam tulisan tertanggal 9 Maret 1993, Rachel kembali menegaskan sikapnya untuk tidak hidup dalam hedonisme dunia yang tengah menjadi budaya mayoritas gadis seusianya.

“Ketika aku jadi perawan tua, kusudahi untuk tampil cantik menawan. Merias wajah, mengoleksi baju ketat agar tubuh seolah elok, takkan kulakukan. Ku akan anut aliran Nudisme.”

Jiwa seniman dan kepenyairan yang dimiliki alumnus akademi seni ini semakin membuat tulisan dan sketsanya berjiwa, hidup dan humoris kendati ditulis dalam keadaan tegang suasana daerah pendudukan. Tulisan-tulisannya dikirim lewat surat elektronik (email) ke keluarganya dan beberapa di antaranya dimuat di media lokal.

Namun, tulisan-tulisan dan sketsanya baru membuat dunia tercengang ketika hampir seluruh catatan hariannya dimuat di harian Guardian Inggris, dengan tajuk “Rachel’s War.”

Catatan harian Rachel Corrie ini semakin menegaskan bahwa segala bentuk kekerasan bukan sebuah solusi dan malah akan menghancurkan peradaban dunia. Dunia tanpa kekerasan menjadi cita-citanya.

Tulisan-tulisan Rachel Corrie memberikan inspirasi bahwa usia muda bukan saatnya untuk hidup dalam hedonisme, narkoba dan menghabiskan duit untuk bersolek diri. Jati diri juga dapat diperoleh lewat kepedulian dan aksi nyata untuk menciptakan dunia yang damai dan bebas dari kemiskinan.

Rachel Corrie juga ingin menegaskan bahwa masalah Palestina bukan hanya masalah dan beban bangsa Palestina semata tetapi juga tanggung jawab dan empati dunia termasuk Amerika Serikat.

"Kita lahir dan kelak mati. Semua akan merasai sendiri. Kesendirian kita di dunia ini, mungkin tak berlangsung selamanya. Mungkin kebebasan bisa menghilangkannya". Demikian salah satu renungan Rachel Corrie dalam buku ini. Renungan itu tak muncul secara tiba-tiba, tetapi lewat suatu proses nan panjang seumur hidup Rachel.

Rachel berangkat ke Rafah atas prakarsa International Solidarity Movement (ISM). Di wilayah konflik Israel-Palestina yang berbatasan dengan Mesir itu, sang maut menjemputnya.

Sore hari, 16 Maret 2003, iring-iringan tank dan buldoser milik tentara Israel memenuhi jalanan di Rafah. Mereka bersiap menggusur rumah warga Palestina. Ketika satu buldoser bergerak menuju sebuah rumah, Rachel menghadangnya bak seorang Polantas. "Stop!" Racher berteriak berulang kali sebelum akhirnya meregang nyawa setelah digilas rantai baja buldoser itu.

Kata pengantar buku ini dalam versi bahasa Indonesia yang ditulis oleh kian menyadarkan kita bahwa kematian bukan sesuatu yang harus disesali. Setiap kita yang ditinggalkan bisa menyerap pelajaran penting dari sebuah kematian.

Rachel tak wafat dengan kesia-siaan. Sebab catatan harian yang ditulisnya sejak duduk di taman kanak-kanak ini mengajarkan cara mengembangkan empati, berpihak pada yang lemah dan menegakkan perdamaian lewat jalan tanpa kekerasan.

Ketika membaca catatannya, kita bisa meresapi kecemasan, kesedihan dan kebahagiaan serta mimpi yang kerap mendatanginya dari waktu ke waktu. Si bungsu dari tiga bersaudara itu menuliskan rona hatinya dalam esai dan puisi yang bisa membuat kita tertawa dan murung.

Bahkan, sejumlah catatan Rachel di masa kanak cukup mengejutkan. Ketika berumur 12 tahun, saat Perang Teluk sedang berkecamuk, ia telah membuat esai protes bertitel "Kepada Tentara", dengan kesimpulan, perdamaian dan kerjasama adalah prioritas cita-citanya. Semua protes Rachel tersebut ditulis dalam untaian kalimat yang menghentak dan indah. Rachel telah menemukan cita-citanya ketika masih kecil, yakni menjadi penyair.

Rachel juga pernah larut dalam percintaan dengan seorang lelaki bernama Collin. Namun cinta ini tak membuatnya tercerabut dari segala kegiatannya. Ia tetap aktif memprotes kebijakan pemerintah Amerika Serikat yang merugikan alam dan kebijakan diskriminatif yang menghalalkan penyerbuan ke negara lain.

Sejak kuliah, ia telah aktif di pusat krisis universitas untuk mendengarkan keluhan hidup teman-temannya dan ia juga menjadi garda terdepan dari organisasi perdamaian yang bermarkas di Olympia. Ia aktif menggalang gerakan tanpa kekerasan sejak jauh-jauh hari sebelum memutuskan berangkat ke Palestina. Sebuah keputusan yang sangat dicemaskan oleh orangtuanya.

Melalui catatannya, Rachel seolah membuktikan bahwa stigma yang melekat pada suatu kelompok masyarakat hanya bisa dihilangkan ketika pembauran terjadi tanpa syarat. Masyarakat dunia yang terkotak-kotak berdasarkan ideologi, agama dan ras gagal mengembangkan empati sebab lebih mengedepankan kecurigaan dan ketakutan.

Manusia memiliki kebebasan untuk berhubungan dengan siapapun di muka bumi. Rachel membuktikan bahwa keterbukaan, pengembangan empati dan mengedepankan dialog bisa membuat 'proyek perdamaian' di muka bumi bukanlah mustahil.

Rachel menajamkan empati dan prinsip damai tanpa kekerasan tak hanya lewat bergaul dengan sesama manusia, namun juga melalui buku. Benda inilah yang nampaknya menggiring pemikirannya untuk ikut dalam gerakan pasifis (pencinta kedamaian).

Buku Rachel tak hanya menyoal sebuah kematian. Rachel telah membuktikan bahwa komunikasi merupakan hal penting untuk meluaskan gerakan perdamaian. Selama berada di Palestina, ia kerap mengirimkan email untuk dipublikasikan oleh koran lokal di Olympia.

Tulisan-tulisan Rachel turut berkontribusi dalam menggugah kesadaran warga Amerika Serikat agar mendesak pemerintahnya untuk menghentikan perang dan mewujudkan perdamaian di dunia.

Si bungsu itu memang telah pergi lebih dahulu. Kematian Rachel kiranya membuktikan bahwa kekerasan tak pernah pantas dijadikan pilihan untuk menyulam perdamaian di muka bumi.

Harga: Rp.88.000,- + ongkos kirim sesuai tarif pos "kilat khusus", klik di: http://www.posindonesia.co.id/tarif_skh.php , dr Jakarta Timur & transfer ke rek: BCA No: 6310141249. Konfirmasi via chat Yahoo Messenger/id/e-Mail : oase_bc@yahoo.co.id atau hp no: 0811841321. Dan jika anda membutuhkan informasi buku-buku lain dapat melalui chat via YM, silahkan klik ikon YM dibawah ini:

Posting Komentar